Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami tekanan sepanjang perdagangan pekan ini hingga harus berakhir di zona merah.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, IHSG tercatat melemah 2,97 persen sepanjang perdagangan 29 Maret – 1 April 2021 ke level 6.011,46 dari posisi 6.195,56 pada penutupan perdagangan pekan sebelumnya.
Adapun pada penutupan perdagangan Kamis (1/4/2021), IHSG parkir di level 6.011,456, naik 0,43 persen. Sepanjang perdagangan, IHSG cukup berfluktuatif, bergerak di kisaran 5.988,023 hingga 6.020,164.
Investor asing pada Kamis mencatatkan nilai jual bersih sebesar Rp1,168 triliun, sedangkan sepanjang tahun 2021 investor asing mencatatkan beli bersih sebesar Rp10,695 triliun.
Sekretaris Perusahaan BEI Yulianto Aji Sadono mengatakan kapitalisasi pasar modal Indonesia juga mengalami perubahan 2,85 persen selama sepekan menjadi Rp7.101,430 triliun dibandingkan pekan sebelumnya yang berada pada posisi Rp7.309,902 triliun.
“Sedangkan untuk rata-rata frekuensi harian turut mengalami perubahan sebesar 8,96 persen menjadi 1.003.634 kali transaksi dibandingkan pada penutupan pekan sebelumnya yang mencatatkan 1.102.435 kali transaksi,” ungkap Yulianto dalam keterangan resmi, Kamis (1/4/2021).
Baca Juga
Perubahan juga terjadi pada rata-rata volume transaksi harian sebesar 12,51 persen menjadi 13,695 miliar saham dari 15,653 miliar saham sepekan yang lalu.
Perdagangan pekan lalu juga diwarnai oleh pencatatan saham perdana serta penerbitan obligasi korporasi. PT Sunter Lakeside Hotel Tbk. (SNLK) mencatatkan sahamnya di bursa pada Senin (29/3/2021), sekaligus menjadi perusahaan tercatat ke-10 di BEI pada tahun 2021.
Selain itu, PT Zyrexindo Mandiri Buana Tbk. (ZYRX) resmi menjadi perusahaan tercatat ke-11 di BEI pada tahun 2021 setelah melakukan perdagangan perdananya di bursa pada Selasa (30/3). Baik saham ZYRX maupun SNLK tercatat di papan pengembangan.
Selain itu, PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Merdeka Copper Gold Tahap I Tahun 2021 yang resmi tercatat di BEI pada Senin (29/3) dengan nilai nominal Rp1,5 triliun. PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) menyematkan peringkat idA (Single A) terhadap obligasi ini.
Yulianto mencatat total emisi obligasi dan sukuk sepanjang tahun 2021 mencapai 19 emisi dari 16 emiten senilai Rp20,59 triliun. Total emisi obligasi dan sukuk tercatat di BEI saat ini berjumlah 480 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp433,21 triliun dan US$47,5 juta yang diterbitkan oleh 130 emiten.
“Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 143 seri dengan nilai nominal Rp4.155,60 triliun dan US$400,00 juta. Selain itu, tercatat Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 11 emisi senilai Rp7,02 triliun,” ungkap Yulianto.