Bisnis.com, JAKARTA – Lonjakan imbal hasil (yield) obligasi AS atau US Treasury yang menekan sejumlah sentimen positif domestik membuat nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah pada Selasa (30/3/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 35 poin atau 0,24 persen ke level Rp14.480 per dolar AS pada akhir perdagangan. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,216 poin atau 0,23 persen ke level 93,160.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya mengatakan, salah satu sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah adalah imbal hasil US Treasury 10-tahun yang diperdagangkan pada 1,75 persen.
Catatan ini mendekati rekor tertinggi dalam 14-bulan di kisaran 1,7540 persen yang disentuh awal bulan ini.
Selain itu, percepatan vaksinasi, tanda-tanda pemulihan ekonomi, dan stimulus besar-besaran AS memicu kekhawatiran inflasi.
Presiden Joe Biden akan mengumumkan rencana besar baru untuk pengeluaran infrastruktur akhir pekan ini, dengan rencana pengeluaran tambahan untuk perawatan anak dan perawatan kesehatan yang akan diumumkan setelah liburan Paskah.
Baca Juga
Di Eropa, prospek ekonomi jangka pendek menjadi lebih suram karena Prancis dan Jerman memperkenalkan langkah-langkah pembatasan yang lebih ketat untuk mengekang gelombang ketiga kasus Covid-19 di benua itu.
Kondisi ini juga memberikan tekanan pada euro adalah melebarnya selisih antara imbal hasil obligasi AS dan Jerman.
Dari dalam negeri, rilis data ekonomi cenderung positif terutama dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang berada di atas level ekspansif 50 atau 50,9 persen. Selain data manufaktur, realisasi investasi dan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada 2021 lebih tinggi dibandingkan posisi tahun sebelumnya.
Dari beberapa indikator ekonomi yang mengalami tren perbaikan membuat pemerintah tetap optimis terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional dapat tercapai di kisaran 4,5 persen sampai 5,3 persen.
Meski demikian, pemerintah juga memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2021 masih berada di zona negatif yaitu di kisaran minus 0,1 persen sampai 1 persen.
Di sisi lain, pemerintah juga akan berfokus pada program vaksinasi massal dan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro yang akan terus diperluas ke provinsi-provinsi lain.
Hal ini akan turut menjaga momentum pemulihan kesehatan dan ekonomi, khususnya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam melakukan konsumsi dan investasi melalui berbagai strategi di tahun 2021.
Disamping itu bank Indonesia terus melakukan intervensi di pasar valas, obligasi dan SUN diperdagangan DNDF terhadap rupiah agar terus terjaga dan stabil dan cenderung menguat didukung kebijakan stabilisasi Bank Indonesia.
“Rupiah secara fundamental masih undervalue di bawah Rp15.000 dan berpotensi sampai akhir tahun masih akan menguat,” tulisnya.
Untuk perdagangan besok, Ibrahim memprediksi nilai tukar rupiah kemungkinan dibuka berfluktuasi namun ditutup melemah di rentang Rp14.430 hingga Rp14.530.