Bisnis.com, JAKARTA - Emiten taksi, PT Blue Bird Tbk. (BIRD) mulai memperbanyak kerja sama dalam rangka meningkatkan performa lini bisnis barunya di sektor logistik.
Head Of Corporate Finance Planning & Investor Relations Blue Bird Michael Tene menuturkan aktivitas bisnis logistik memang belum dapat menyaingi kinerja sektor taksi dan transportasinya. Namun, pihaknya optimistis lini bisnis ini dapat terus bertumbuh.
"Aktivitas logistik kami saat ini masih early stage. Kami sedang kembangkan network business partners kami agar layanan ini lebih bisa optimal. Saat ini kami sudah kerjasama dengan KAI, Indogrosir, Union, Paxel, dan lain-lain," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (9/3/2021).
Bisnis Blue Bird menghadapi tantangan baru ketika pemerintah kembali menerapkan kebijakan Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) setelah sebelumnya tertekan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Emiten bersandi BIRD ini pun bersiap meluncurkan fitur tarif tetap atau fixed price. Perseroan saat ini fokus agar bisnis dapat kembali pulih dan mendapatkan keuntungan pada 2021.
"Fokus kami pada 2021 ini adalah bagimana kami bisa recovery dan kembali menjadi profitable. Tentunya kebijakan PPKM yang diambil pemerintah akan memiliki pengaruh dalam performa bisnis kami," ujarnya.
Baca Juga
Namun, BIRD mengaku sudah terbiasa dengan adanya kebijakan-kebijakan PPKM ini seperti yang terjadi pada April dan September 2020. Perseroan, tegasnya, sudah membuktikan bahwa perseroan dapat melalui masa-masa sulit tersebut.
Selain itu, dia menyebut perusahaan sedang menyiapkan skema baru dalam pentarifan taksinya. BIRD saat ini melakukan uji coba tarif tetap di beberapa kota di Indonesia dan akan masuk ke Jakarta.
"Kami melihat bahwa memang ada keinginan dari pelanggan untuk mereka mendapatkan kepastian berapa biaya taksi yang mereka harus bayarkan ketika mereka memesan taksi. Kepastian ini adalah value yang kami coba tawarkan dengan fitur fixed price yang akan kami luncurkan," katanya.
Dia menyebut selama ini tarif yang digunakannya yakni tarif flat per km dan tanpa surge pricing seperti yang dilakukan oleh transportasi online. Mengenai fitur fixed price, dia menyebut sudah pernah diujicobakan di beberapa kota di luar Jakarta.
"Kami sedang mempersiapkan untuk masuk ke Jakarta juga. Tidak lama lagi kami akan sampaikan mengenai fitur ini," ujarnya.
Di sisi lain, karena kondisi yang masih fluktuatif bergantung kebijakan pemerintah, Michael belum dapat menyampaikan target-target keuangan pada 2021.
Adapun Blue Bird mencetak rugi bersih Rp156,01 miliar pada kuartal III/2020 meski pendapatan usaha dari segmen taksi telah membaik signifikan secara kuartalan.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2020 yang dipublikasikan Selasa (27/10/2020), Blue Bird membukukan pendapatan Rp1,55 triliun per 30 September 2020. Realisasi itu turun 47,55 persen dari Rp2,96 triliun periode yang sama tahun lalu.
Pada kuartal III/2020, Blue Bird membukukan pendapatan bersih dari segmen taksi Rp297,32 miliar. Jumlah yang dikantongi naik 72,08 persen dari Rp172,78 miliar per 30 Juni 2020.
Emiten berkode saham BIRD itu membukukan laba bruto Rp253 miliar per 30 September 2020. Pencapaian turun 68,70 persen dari Rp810,63 miliar periode kuartal III/2019.
Beban usaha yang dikeluarkan perseroan tercatat hanya turun 17,03 persen secara yoy menjadi Rp430,73 miliar per 30 September 2020. Dengan demikian, BIRD membukukan rugi usaha Rp177,02 miliar pada kuartal III/2020.
BIRD mencetak rugi bersih Rp156,01 miliar pada kuartal III/2020. Pencapaian itu berbanding terbalik dengan laba bersih Rp229,33 miliar periode yang sama tahun lalu.