Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten pertambangan mineral, PT Vale Indonesia Tbk., diborong investor asing menjelang peresmian holding BUMN untuk industri baterai kendaraan listrik atau Indonesia Battery Corporation.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan sesi I Jumat (26/3/2021), harga saham Vale Indonesia (INCO) parkir di level Rp4.630 per saham, naik 6,19 persen.
Total transaksi perdagangan INCO mencapai Rp231,1 miliar. Investor asing tercatat memborong INCO dengan nilai net buy mencapai Rp40,43 miliar.
Data transaksi broker menunjukkan nilai transaksi terbesar terjadi melalui PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia dengan nilai transaksi beli Rp600,67 miliar dan transaksi jual Rp642,12 miliar.
Untuk diketahui, Kementerian BUMN dijadwalkan untuk meresmikan pendirian Indonesia Battery Corporation (IBC) pada Jumat (26/3/2021) sore nanti pukul 15.30 WIB.
IBC nantinya akan terdiri atas konsorsium 4 BUMN yaitu MIND ID, PT Pertamina, PT PLN, dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM).
Adapun, saat ini MIND ID menggenggam 20 persen atas saham INCO.
Sebelumnya, Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan bahwa nantinya setelah holding baterai kendaraan listrik terbentuk, akan ada banyak perusahaan joint venture (JV) yang akan dibentuk dari segala lini bisnis.
"Ini JV holding baterai dengan Antam, precussor dan katoda ini JV holding dengan Pertamina misalnya, kemudian nanti juga battery cell dan battery pack ini JV holding baterai dengan Pertamina dan PLN. Kemudian ESS assembling itu adalah JV antara holding baterai dengan PLN misalnya, kemudian untuk recycling itu JV holding baterai dengan Pertamina," ungkapnya, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Ketua Tim Kerja Percepatan Pengembangan V Battery Agus Tjahjana mengatakan bahwa investasi yang akan dikeluarkan IBC sangat tergantung dengan kapasitas baterai yang akan dibuat.
Untuk di hulu, pihaknya akan membuat sekitar 195 gigawatt/hour dengan sekitar 150.000 nikel per tahun dalam dua tahap. Pada tahap awal perusahaan akan membuat baterai dengan kapasitas 30 GW per hour yang akan direalisasikan pada 2026-2030. Setelah itu, kapasitas akan ditingkatkan menjadi 140 GW/hour atau sekitar 70 persen dari 195 GW/hour.
"Berarti nanti sisanya di ekspor dalam belum cell, investasinya US$13 miliar. Nah, kalau bisa sampai 140 GW/hour atau 70 persen dari 195 GW/hour itu hampir mencapai US$17 miliar, tentu investasi bersama," ujarnya.