Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak naik lebih dari 2 persen pada akhir perdagangan Jumat (19/3/2021) atau Sabtu pagi WIB, menghentikan penurunan lima hari berturut-turut.
Namun demikian, harga minyak turun sekitar 7 persen pada pekan ini karena gelombang baru infeksi virus corona di seluruh Eropa mengurangi harapan bahwa permintaan bahan bakar akan segera pulih.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei naik US$1,25 atau 2,0 persen, menjadi ditutup pada US$64,53 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat US$1,42 atau 2,4 persen, menjadi menetap di US$61,42 per barel.
Rebound terjadi setelah penurunan tajam di pasar minyak, yang membuat minyak mentah AS dan Brent jatuh masing-masing 7,12 persen dan 6,94 persen pada Kamis (18/3/2021), saat ekonomi-ekonomi besar Eropa memberlakukan kembali penguncian, sementara program vaksinasi di benua itu diperlambat oleh masalah distribusi dan kekhawatiran efek samping vaksin.
"Harga minyak mengalami aksi jual yang serius kemarin," kata Carsten Fritsch, analis energi di Commerzbank Research, dalam sebuah catatan pada Jumat (18/3/2021), menambahkan "satu peran kunci pasti dimainkan oleh cara pandemi virus corona berkembang di Eropa."
"Meningkatnya jumlah kasus baru dan lambannya kemajuan vaksinasi membuat pembatasan mobilitas tidak mungkin dilonggarkan dalam waktu dekat," dan "ini kemungkinan akan mengurangi permintaan minyak untuk beberapa waktu," tambahnya.
Baca Juga
Harga pulih pada Jumat (19/3/2021) karena banyak pelaku pasar memandang aksi jual sebagai sesuatu yang berlebihan.
"Aksi jual akan menggerakkan beberapa hal yang bisa memperlambat reli," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago. “OPEC akan lebih mengkhawatirkan COVID-19, jadi ini meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan memperpanjang pengurangan produksi lagi, dan dengan penurunan tajam harga minyak, hal itu dapat mengurangi insentif produsen minyak serpih AS untuk untuk menjadi yang terdepan dalam produksi mereka."
Produksi minyak serpih AS telah membengkakan pasokan minyak global ketika permintaan bahan bakar menurun selama pandemi. Pengebor-pengebor AS menambahkan sembilan rig minyak dalam minggu ini, kenaikan mingguan terbesar sejak Januari, kata perusahaan jasa minyak Baker Hughes.
Kekhawatiran tentang peluncuran vaksin membatasi kenaikan harga minyak. Jerman, Prancis, dan negara lain telah mengumumkan dimulainya kembali vaksinasi dengan suntikan AstraZeneca setelah regulator menyatakan bahwa vaksin itu aman.
Namun, penghentian sebelumnya membuat lebih sulit untuk mengatasi resistensi terhadap vaksin. Inggris mengumumkan akan memperlambat peluncuran vaksin COVID-19 bulan depan karena penundaan pasokan.
Goldman Sachs mengatakan hambatan pasar minyak terkait dengan permintaan Uni Eropa dan pasokan Iran akan memperlambat penyeimbangan pasar pada kuartal kedua, meskipun pihaknya memperkirakan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya akan bertindak untuk mengimbangi itu.
Iran telah menggeser jumlah pasokan minyak mentah ke pelanggan utama China dalam beberapa bulan terakhir, sementara penyuling-penyuling India telah menambahkan minyak Iran ke rencana impor tahunan mereka dengan asumsi bahwa sanksi AS terhadap pemasok OPEC itu akan segera mereda.
Goldman memperkirakan peningkatan signifikan dalam permintaan minyak global dalam beberapa bulan mendatang, mengangkat perkiraan harga Brent menjadi US$80 per barel musim panas ini.