Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah mendapatkan momentum penguatan di tengah sentimen dovish dari Federal Reserve. Kini, pasar menunggu hasil rapat Bank Indonesia pada Kamis (18/3/2021).
Pukul 09.15 WIB, rupiah melompat 35 poin atau 0,24 persen menjadi Rp14.392 per dolar AS. Rupiah menjadi yang terkuat kedua di Asia, di bawah won Korea yang naik 0,58 persen. Adapun, indeks dolar AS naik 0,06 persen menuju 91,501.
Sebelumnya pada Rabu (17/3/2021) rupiah mengakhiri pergerakan pada level Rp14.427 per dolar AS setelah melemah 17,50 poin atau 0,12 persen.
Mengutip Antara, pelemahan dolar AS dipicu sikap investor yang mencerna keputusan kebijakan terbaru dari Federal Reserve yang mengatakan pihaknya tidak memperkirakan untuk menaikkan suku bunga hingga 2023, bertentangan dengan ekspektasi pasar.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingganya, turun 0,5 persen menjadi 91,405 setelah pernyataan Fed.
Greenback telah membalikkan penurunannya dalam beberapa sesi baru-baru ini di tengah melonjaknya imbal hasil obligasi pemerintah AS karena sebagian dari meningkatnya ekspektasi bahwa Fed mungkin akan mengetatkan suku bunga lebih awal dari perkiraan, karena proyeksi pemulihan ekonomi yang lebih cepat.
Baca Juga
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun mencapai tertinggi 13 bulan di awal sesi tetapi terakhir berada di 1,647 persen.
Dalam sebuah pernyataan setelah Fed mempertahankan suku bunga stabil, bank sentral AS mengatakan pihaknya mengharapkan lonjakan cepat dalam pertumbuhan ekonomi AS dan inflasi tahun ini karena krisis COVID-19 mereda dan berjanji untuk mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol selama bertahun-tahun mendatang.
Itu berbeda dengan apa yang dinyatakan pasar berjangka eurodollar sebelum pernyataan Fed, hampir sepenuhnya memperkirakan kenaikan suku bunga pada Desember 2022 dan tiga kenaikan pada 2023.
Sementara itu, perbaikan dalam prospek ekonomi Fed tidak segera mengubah ekspektasi pembuat kebijakan untuk suku bunga, bobot opini berubah. Sejumlah 7 dari 18 pejabat Fed sekarang memperkirakan menaikkan suku bunga pada 2023, dibandingkan dengan 5 pejabat pada Desember.
Ketua Fed Jerome Powell, dalam konferensi pers, juga mengatakan bank sentral AS belum melihat tanggal untuk mengurangi pembelian asetnya.
Seandainya Powell mengisyaratkan kemungkinan mengurangi pembelian obligasi, itu akan menyebabkan penjualan obligasi yang jauh lebih tajam dan lonjakan lebih lanjut dalam imbal hasil yang akan mendorong dolar lebih tinggi.