Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) terus melanjutkan reli positifnya dan telah menembus level 4.100 ringgit per ton.
Berdasarkan data dari Bursa Malaysia pada Selasa (16/3/2021), harga CPO untuk kontrak Mei 2021 sempat mencapai harga tertinggi pada 4.166 ringgit per ton sebelum tiba di harga setelmen 4.138 ringgit per ton.
Pada pekan lalu, harga komoditas ini juga mencetak rekor penguatan harian tertinggi sejak 2011 lalu.
Sementara itu, harga CPO berjangka kontrak pengiriman bulan April 2021 terpantau naik 9 poin ke 4.251 ringgit per ton setelah sempat mencapai titik tertingginya pada 4.276 ringgit per ton.
Co-Founder Palm Oil Analytics Sathia Varqa mengatakan, reli harga CPO terjadi di tengah rilis data produksi CPO. Data dari Southern Peninsula Palm Oil Millers’ Association’s (SPPOMA) mencatat terjadinya kenaikan output CPO sebesar 15,2 persen pada periode 1 – 10 Maret 2021.
Di sisi lain, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) melaporkan penurunan produksi CPO pada Februari 2021 sebesar 1,1 juta ton. Jumlah tersebut sekaligus menjadi angka produksi terendah dalam lima tahun terakhir.
Selain itu, total ekspor CPO Malaysia juga turun menjadi 896 ribu ton pada Februari 2021 dari sebelumnya 947 ribu ton pada Januari 2021. Hasil ekspor CPO tersebut merupakan level terendah sejak 2012 lalu.
Varqa memaparkan, ketersediaan CPO yang minim dan dibawah harapan pasar pada kuartal pertama, serta tingkat permintaan yang stabil memicu sentimen bullish harga CPO. Hal ini terjadi bahkan di tengah hasil variatif pada komoditas subsitusi minyak kelapa sawit, biji kedelai pada Dalian Commodity Exchange (DCE), China.
“Reli harga CPO terjadi tanpa henti selama sepekan lebih. Ini merupakan tren kenaikan yang terakhir terlihat pada Februari 2008 lalu,” katanya.
Ekonom Oversea-Chinese banking Corp., Howie Lee dalam laporannya menyebutkan, jumlah persediaan CPO Malaysia pada Februari lalu sebesar 1,3 juta ton barada dibawah ekspektasi pasar sebelumnya di kisaran 1,4 juta ton.
Menurutnya, hal ini semakin memperkuat proyeksi stok CPO yang akan berada dibawah 2 juta ton sepanjang tahun 2021. Hal tersebut kian menambah sentimen positif untuk reli harga minyak kelapa sawit.
Lee melanjutkan, kembali ditemukannya virus flu babi di China akan semakin memperkuat reli harga minyak nabati, termasuk CPO. Apalagi, harga CPO diperdagangkan pada level yang lebih rendah dibandingkan dengan minyak kedelai, dengan selisih sekitar US$250 per ton.
“Sentimen-sentimen tersebut masih akan mendukung kenaikan harga CPO dalam jangka pendek dan menengah,” ujar Lee dikutip dari risetnya.