Bisnis.com, JAKARTA - Akhir-akhir ini pasar saham global mengakami tekanan cukup signifikan akibat kenaikan imbal hasil obligasi di Amerika Serikat.
Secara year to date (ytd), imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun melonjak lebih dari 65 basis poin. Sementara tekanan inflasi yang meningkat memicu aksi jual di pasar obligasi AS. Pasar juga menilai kemungkinan Federal Reserve menormalkan kebijakan moneter agresifnya lebih cepat dari yang diharapkan.
Kendati begitu, Analis Mirae Asset Sekuritas Anthony Kevin mengatakan pihaknya meyakini periode kenaikan imbal hasil obligasi di AS akan segera berakhir karena dua alasan utama.
Pertama, meskipun inflasi telah meningkat akhir-akhir ini, inflasi masih jauh di bawah level 2 persen yang dipandang sehat oleh bank sentral.
"Faktanya, The Fed telah menyatakan bahwa mereka dapat membiarkan inflasi menembus level 2 persen itu untuk beberapa saat untuk mengkompensasi kerugian ekonomi baru-baru ini selama pandemi Covid-19," jelasnya dalam risetnya dikutip Minggu (14/3/2021).
Kedua, pemulihan ekonomi AS kehilangan momentum baru-baru ini karena berakhirnya stimulus fiskal serta ketidakpastian seputar stimulus baru.
Baca Juga
Dia meyakini bahwa Fed akan dipaksa untuk mempertahankan suku bunga kebijakannya pada kisaran 0 persen-0,25 persen, setidaknya hingga pertengahan sementer tahun ini.
"Saat kami memproyeksikan imbal hasil obligasi AS segera normal, tekanan pada pasar ekuitas global juga akan mereda," jelasnya.