Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah tersungkur pada perdagangan awal pekan ini, setelah Pemerintah AS meloloskan stimulus jumbo US$1,9 triliun.
Mengutip Bloomberg pada Senin (8/3/2021), rupiah melemah 0,26 persen menjadi Rp14.337 per dolar AS pukul 09.19 WIB.
Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang di Asia Pasifik juga tunduk di hadapan greenback pagi ini. Won Korea memimpin pelemahan sebesar 0,48 persen, dolar Taiwan turun 0,27 persen, dan yen Jepang turun 0,19 persen.
Pada saat bersamaan, indeks dolar justru melemah 0,07 persen menjadi 91.910.
Pada akhir pekan lalu, Rancangan Undang-undang stimulus Covid-19 senilai US$1,9 triliun yang telah dibubuhi tanda tangan Joe Biden akhirnya disetujui Senat Amerika Serikat (AS) .
Persetujuan itu diberikan setelah 25 jam voting yang menghasilkan suara 50 banding 49. RUU Rencana Penyelamatan Amerika tersebut sekarang dikembalikan ke DPR, di mana Pemimpin Mayoritas Steny Hoyer mengatakan pemungutan suara akan diadakan Selasa (9/3/2021).
Meskipun beberapa kalangan progresif DPR mengeluh tentang perubahan yang dibuat oleh Senat tersebut. Namun, sejauh ini tidak ada yang mengancam untuk menahan suara. Partai Demokrat bertujuan untuk menandatanganinya dukungan terhadap stimulus ini menjadi undang-undang minggu depan.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menjelaskan tambahan likuiditas dalam bentuk stimulus selalu berdampak positif untuk segala jenis instrumen investasi. Pasalnya, likuiditas berada di sisi penawaran sementara instrumen investasi berada di sisi permintaan.
Dalam hukum penawaran, ketika penawaran tinggi maka berbanding lurus dengan kenaikan harga yang ditawarkan.
“Yang jelas semakin banyak likuiditas, tidak hanya saham tapi semua instrumen investasi akan dapat manfaat,” kata Rudiyanto kepada Bisnis, Minggu (7/3/2020).