Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas kian tertekan hingga jatuh di bawah US$1.700 pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) setelah data tenaga kerja AS yang lebih baik dari perkiraan mendorong penguatan dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS.
Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi COMEX New York Exchange turun US$2,2 atau 0,13 persen dan ditutup di level US$1.698,50 per troy ounce pada Jumat (5/3/2021). Ini menjadi level terendah sejak Juni 2020.
Sehari sebelumnya, Kamis (4/3), harga emas berjangka merosot US$15,10 atau 0,88 persen ke US$1.700,70. Dalam sepekan, harga emas berjangka tercatat turun hingga 2,2 persen.
"Optimisme dalam hal ekonomi ke depan terus mendorong imbal hasil obligasi lebih tinggi dan yang tentunya banyak menghilangkan keuntungan di pasar-pasar komoditas, termasuk emas," kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures David Meger, dikutip dari Antara.
Departemen Tenaga Kerja AS merilis laporan pekerjaan bulanan pada, dan menunjukkan AS menciptakan 379.000 pekerjaan baru pada Februari, peningkatan terbesar dalam empat bulan dan jauh lebih baik dibandingkan Januari yang mencapai 166.000. Sementara itu, tingkat pengangguran turun menjadi 6,2 persen di Februari dari 6,3 persen bulan sebelumnya.
Data tenaga kerja AS meningkatkan harapan seputar pemulihan ekonomi yang cepat didorong oleh stimulus fiskal besar-besaran dan vaksinasi. Data ekonomi tersebut juga turut mengangkat imbal hasil Treasury AS 10 tahun yang dijadikan acuan ke level tertinggi sejak Februari 2020.
Dolar AS juga ikut melonjak. Indeks dolar yang melacak pergergakan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya ditutup menguat 0,346 persen atau 0,38 poin ke level 91,977 pada akhir perdagangan Jumat.
Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell pada Kamis (4/3) mengulangi janjinya untuk menjaga kredit tetap longgar dan mengalir sampai warga Amerika kembali bekerja.
Pernyataan Powell tersebut mengecewakan investor emas yang mengharapkan tindakan atas lonjakan imbal hasil obligasi Treasury AS baru-baru ini.
"Pasar emas mengembalikan keuntungan akibat pandemi. Penurunan di bawah US$1.700 per troy ounce membuat pasar tampak rapuh," kata analis HSBC dalam sebuah catatan.
"Pernyataan-pernyataan Powell, meskipun bukan hal baru, telah memadamkan momen segala kemungkinan bahwa Fed akan bertindak atas kenaikan imbal hasil lebih jauh dari kurva. Kenaikan imbal hasil lebih lanjut dapat menurunkan emas dan logam mulia lainnya,” lanjut mereka.