Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham perbankan telah menjadi sorotan para investor dalam beberapa perdagangan terakhir. Bahkan, pergerakan liar itu pun menjadi sorotan otoritas berujung sejumlah saham terpaksa digembok.
Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang tahun berjalan 2021 indeks saham sektor keuangan atau Jakfin mencatatkan kenaikan hingga 12,3 persen. Pergerakan itu menjadi kenaikan terbaik di antara indeks Jakarta Stock Industrial Classification (JASICA) lainnya.
Selain itu, indeks saham sektor keuangan terbaru Bursa Efek Indonesia atau IDX Sector Finance juga berhasil menguat 15,59 persen sepanjang tahun berjalan 2021.
Penguatan indeks itu pun berhasil mengungguli kinerja indeks harga saham gabungan yang hanya naik 4,69 persen sepanjang tahun berjalan 2021.
Adapun, penguatan indeks sektor keuangan itu banyak didukung oleh saham bank kecil. Penguatan dipimpin oleh saham bank yang baru debut tahun ini, PT Bank Net Indonesia Syariah Tbk. (BANK) yang berhasil naik hingga 1.817,48 persen.
Kenaikan itu diikuti saham PT Bank Bumi Arta Tbk. (BNBA) yang menguat 778,31 persen, saham PT Bank Harda Internasional Tbk. (BBHI) naik 468,4 persen, dan saham PT Bank Artha Graha Internasional Tbk. (INPC) menguat 363,77 persen.
Baca Juga
Tidak hanya itu, saham Bank IBK Indonesia Tbk. (AGRS) juga naik 294,61 persen, saham PT Bank Bisnis Indonesia Tbk. (BBSI) menguat 274,7 persen, dan saham PT Bank Ganesha Tbk. (BGTG) naik 256,76 persen.
Sementara itu, saham 4 bank besar tampak tidak banyak bergerak. Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) hanya mampu naik 14,39 persen secara year to date, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) naik 2,37 persen, dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) naik 0,44 persen.
Hanya saham PT Bank Negeri Indonesia Tbk. (BBNI) yang terkoreksi 2,83 persen.
Di sisi lain, pergerakan saham bank kecil itu pun juga menyita perhatian Bursa Efek Indonesia. Sejumlah saham pun mendapatkan label Unusual Market Activity (UMA) dari bursa. Tidak hanya itu, Bursa pun berulang kali buka dan kunci saham-saham bank kecil.
Bisnis mencatat, terdapat 12 saham perbankan yang sempat digembok oleh bursa sejak awal tahun ini. Dari jumlah tersebut, masih terdapat 5 saham yang masih digembok oleh bursa.
Sementara itu, BNBA sudah mengalami buka-kunci gembok sebanyak dua kali oleh bursa, yang pertama pada 18 Februari yang dibuka pada 19 Februari, lalu kembali dikunci pada 22 Februari hingga 25 Februari, kemudian kembali digembok pada 4 Maret hingga saat ini.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan bahwa terdapat dua sentimen utama yang menerbangkan harga saham bank kecil.
Pertama, wacana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang akan menyelesaikan Peraturan yang berkaitan dengan Kegiatan Usaha Bank Umum yang akan mengakomodasi ketentuan bank digital.
Salah satu wacananya dari ketentuan POJK itu adalah modal disetor bank digital baru minimal Rp10 triliun.
“Jadi proyeksinya, karena cukup banyaknya Fintech dan startup yang bertumbuh dalam dekade ini, dirasa bakal mengakuisisi bank-bank kecil yang memiliki kapitalisasi pasar di bawah Rp5 triliun, daripada harus memulai dari awal dengan modal Rp10 triliun,” ujar Frankie kepada Bisnis, Jumat (5/3/2021).
Sentimen kedua, ketentuan OJK terbaru soal struktur permodalan Bank, yaitu minimal Rp1 triliun pada 2020, Rp2 triliun pada awal 2021, dan Rp3 triliun pada akhir 2022.
Dengan demikian, untuk memenuhi aturan itu bank kecil bakal melakukan aksi korporasi, seperti mencari rekan merger ataupun diakuisisi. Seperti pada umumnya, sentimen merger dan akuisisi bakal menerbangkan harga saham perbankan walaupun aksi korporasinya belum rilis.
Dia menuturkan tidak terlalu merekomendasikan untuk mengoleksi saham bank kecil ini saat ini, karena kenaikannya sangat tinggi dalam waktu seketika, yang menyebabkan risiko bagi investor menjadi lebih besar.