Bisnis.com, JAKARTA – Harga nikel mencatatkan penurunan harian terbesar dalam lebih dari empat tahun seiring dengan kemajuan perbaikan pada salah satu tambang terbesar di dunia Nornickel.
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (4/3/2021) harga nikel terkoreksi 6,7 persen ke posisi US$17.417 per ton pada London Metal Exchange (LME). Harga komoditas ini juga sempat turun hingga 7,8 persen di kisaran US$17.220 per ton, atau penurunan harian terbesar sejak Desember 2016 lalu.
Salah satu faktor koreksi harga nikel adalah proses perbaikan pada salah satu tambang milik perusahaan asal Rusia MMC Norilsk Nickel PJSC atau Nornickel. Sebelumnya, output nikel dari tambang perusahaan di Oktyabrsky dan Taimyrsky pada wilayah Arktik terpaksa dihentikan.
Chief Executive Officer Nornickel Vladimir Potanin mengatakan, terhentinya kegiatan produksi disebabkan oleh banjir yang memasuki salah satu jalur penghubung kedua tambang. Ia melanjutkan, gangguan tersebut telah dideteksi sejak 12 Februari lalu di Oktyabrsky.
Potanin mengatakan, pihaknya optimistis dapat mengatasi masalah ini sepenuhnya pada 9 Maret mendatang.
“Kami mengantisipasi titik balik masalah ini sudah dapat tercapai pada 9 maret mendatang. Tentunya akan ada produksi yang hilang dari gangguan ini,” ujarnya dikutip dari Bloomberg.
Baca Juga
Pada tahun lalu, Nornickel juga menghadapi masalah pada tambangnya. Nornickel yang merupakan penghasil palladium dan nikel terbesar di dunia harus membayar kompensasi US$2 miliar akibat tumpahan diesel pada salah satu tangki bahan bakarnya di wilayah Arktik. Bulan lalu, tiga orang pekerja terbunuh akibat atap dari salah satu fasilitas pemrosesan milik perusahaan runtuh saat sedang diperbaiki.
Edward Meir, Analis ED&F Man Capital Markets mengatakan, kabar kembali beroperasinya tambang Nornickel ditanggapi secara bearish oleh para pelaku pasar. Kembali beroperasinya tambang milik Nornickel berarti aliran pasokan nikel global akan berangsur normal.
Sentimen lain yang mempengaruhi pelemahan harga nikel adalah pengumuman dari Tsingshan Holding Group Co., yang akan memasok komoditas ini untuk perusahaan pembuat baterai kendaraan listrik, Huayou Cobalt Co., dan CNGR Advance Material Co.,
Berdasarkan unggahan dari akun WeChat resmi milik Tsingshan, Huayou Cobalt rencananya akan menerima 60 ribu ton nikel sulfida (nickel matte) dari Tsingshan. Sementara itu, CNGR akan mendapat pasokan sebesar 40 ribu ton mulai Oktober 2021 mendatang.
Sementara itu, Tsingshan juga memprediksi total output nikel pada tahun ini akan mencapai 600 ribu ton. Sedangkan, untuk 2022 dan 2023, jumlah produksi diprediksi akan terus meningkat, masing-masing sebanyak 850 ribu ton dan 1,1 juta ton.
Head of Hedge Fund Sales StoneX Group, Michael Cuoco mengatakan, keterlibatan Tsingshan dalam memasok nikel sulfida merupakan upaya perusahaan untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar diantara para produsen baterai kendaraan listrik.
“Hal ini akan menghasilkan sentimen bearish untuk pergerakan harga nikel,” jelasnya.