Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara, PT Adaro Energy Tbk., mencatatkan penurunan kinerja sepanjang 2020 seiring dengan banyaknya tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19.
Berdasarkan laporan keuangan, emiten berkode saham ADRO itu mencatatkan pendapatan sebesar US$2,53 miliar pada 2020. Pencapaian itu turun 26,6 persen dibandingkan dengan realisasi 2019 sebesar US$3,45 miliar.
Sejalan dengan itu, beban pokok pendapatan turun menjadi sebesar US$1,95 miliar daripada tahun sebelumnya sebesar US$2,49 miliar.
Dari itu, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk ADRO menyusut 63,8 persen menjadi hanya sebesar US$146,9 juta dibandingkan dengan perolehan 2019 sebesar US$404,19 juta.
Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan bahwa kinerja perseroan mencerminkan resiliensi model bisnis yang terintegrasi, berkat fokus pada efisiensi dan keunggulan operasional di seluruh bisnis.
“Walaupun harus menghadapi banyak tantangan, dari pandemi global sampai cuaca yang tidak mendukung, kami mampu memenuhi panduan produksi batu bara dan EBITDA operasional yang telah direvisi,” ujar Garibaldi seperti dikutip dari keterangan resminya, Kamis (4/3/2021).
Baca Juga
Adapun, ADRO mencatatkan EBITDA operasional 2020 sebesar US$883 juta, lebih tinggi daripada panduan EBITDA operasionalnya yang telah direvisi menjadi di kisaran US$600 juta hingga US$800 juta.
Di sisi lain, Garibaldi menjelaskan bahwa penurunan pendapatan disebabkan penurunan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) 2020 hingga 18 persen dan penuruna 9 persen terhadap volume penjualan.
Menurut dia, kondisi makro dan industri yang sulit akibat pandemi COVID-19 memberikan tekanan yang besar terhadap permintaan batu bara dan harga batu bara global pada tahun 2020.
Selain itu, ADRO mencatat volume produksi juga turun menjadi 54,53 juta ton, lebih tinggi daripada panduan kinerja 2020 di kisaran 52-54 juta ton tetapi turun 6 persen daripada perolehan 2019.
Sementara itu, beban pendapatan turun sebagai hasil penurunan nisbah kupas maupun harga bahan bakar. Biaya kas batu bara per ton, tidak termasuk royalti, berhasil turun 21 persen.
Adapun, total biaya bahan bakar yang turun 45 persen sejalan dengan penurunan biaya bahan bakar per liter dan penurunan konsumsi bahan bakar pada tahun 2020.
Di sisi lain, total aset perseroan pada akhir 2020 menyusut menjadi US$6,38 miliar, dibandingkan dengan posisi akhir 2019 sebesar US$7,2 miliar. Hal itu sejalan dengan kas setara kas perseroan menjadi hanya sebesar US$1,17 miliar per akhir 2020.
Sementara itu, total liabilitas Adaro Energy menyusut menjadi US$2,42 miliar per akhir Desember 2020, dibandingkan dengan posisi akhir 2019 sebesar US$3,23 miliar.