Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Asia bergerak variatif menyusul Wall Street yang anjlok karena optimisme berlebihan para investor.
Dilansir dari Bloomberg, Nikkei Futures di Jepang sedikit berubah, sementara saham Australia mengalami kenaikan moderat. Indeks S&P 500 futures naik tipis setelah saham teknologi memimpin pelemahan Wall Street. Indeks Topix terpantau melemah 0,12 persen. Adapun indeks Kospi Korea Selatan menguat 0,13 persen.
Imbal hasil obligasi AS turun di tengah komentar dari Gubernur Federal Reserve Lael Brainard bahwa yang menyatakan volatilitas pasar obligasi selanjutnya dapat menunda mundurnya pembelian aset besar-besaran bank sentral.
Investor saat ini fokus pada valuasi di tengah kekhawatiran optimisme pasar yang berlebihan. Regulator perbankan China memperingatkan pada Selasa (2/3/2021) tentang perlunya mengurangi pengaruh mengingat meningkatnya risiko gelembung di pasar global.
Sementara bullish di antara ahli strategi Wall Street mendekati level yang telah menunjukkan potensi masalah bagi pasar saham, menurut Bank of America.
“Jika suku bunga mulai bergerak lebih tinggi dan lebih cepat dari yang diharapkan, maka ada kemungkinan kemunduran yang lebih signifikan di pasar,” ungkap Katerina Simonetti, wakil presiden senior Morgan Stanley Private Wealth Management.
Di tempat lain, minyak memperpanjang kerugian di bawah US$ 60 per barel dengan aliansi OPEC + mengatakan akan menyetujui peningkatan produksi akhir pekan ini. Selain itu, Bitcoin berfluktuasi di bawah US$ 50.000.