Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Asing Borong BBCA, BBRI, BMRI, Lepas GGRM, MDKA, ADRO

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing cenderung melakukan aksi beli hari ini dengan net buy Rp29,89 miliar. Sepanjang 2021, net buy investor asing sejumlah Rp14,66 triliun.
Karyawati beraktivitas di sekitar logo PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (4/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di sekitar logo PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (4/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Investor asing masih mengincar saham-saham perbankan berkapitalisasi jumbo di tengah penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa (2/3/2021).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), investor asing cenderung melakukan aksi beli hari ini dengan net buy Rp29,89 miliar. Sepanjang 2021, net buy investor asing sejumlah Rp14,66 triliun.

IHSG parkir di level 6.359,21, naik tipis 0,33 persen atau 20,69 poin. Sepanjang perdagangan IHSG bergerak di kisaran 6.329,50 hingga 6.388,12.

Mengutip data konsultan keuangan D'Origin, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi yang paling banyak diburu asing dengan net buy Rp84,68 miliar. Selanjutnya, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Rp80,85 miliar, dan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Rp75,55 miliar.

Di luar saham perbankan jumbo, investor asing juga mengincar saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan net buy Rp57,67 miliar, dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) Rp47,45 miliar.

Sementara itu, saham PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) menjadi yang paling banyak dilego asing dengan net sell Rp65 miliar, selanjutnya PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) Rp46,2 miliar, dan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) Rp36,78 miliar.

Investor asing juga melepas saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) dengan net sell Rp36,27 miliar, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) Rp25,88 miliar.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menjelaskan pada perdagangan hari ini peningkatan IHSG tidak sekuat perdagangan sebelumnya disebabkan beberapa faktor.

Dia menjelaskan bahwa pasar tampak masih menanti penetapan Senat AS dalam mengesahkan program stimulus dari Presiden AS Joe Biden dengan nilai mencapai US$1,9 triliun untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam itu.

“Selain itu, melambatnya ekspansi manufaktur di Indonesia dan rendahnya data-data inflasi Indonesia juga menjadi sentimen penguatan IHSG cukup terbatas,” ujar Nafan saat dihubungi Bisnis, Selasa (2/3/2021).

Nafan juga menjelaskan, sikap menanti juga terjadi di pasar komoditas global menjelang pertemuan OPEC untuk menentukan kebijakan stabilisasi harga minyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper