Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perkebunan, PT Astra Agro Lestari Tbk., optimistis pertumbuhan kinerja dapat bertahan pada tahun ini, melanjutkan pencapaian 2020.
SVP Communications and Public Affair Astra Agro Lestari Tofan Mahdi mengatakan bahwa kinerja keuangan perseroan tahun lalu berhasil didukung kenaikan harga jual rata-rata minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Emiten berkode saham AALI itu mencatat harga jual rata-rata CPO perseroan naik 27,8 persen pada 2020 di kisaran Rp8.548 per kilogram, dibandingkan dengan harga jual 2019 sebesar Rp6.689 per kilogram.
Dia menjelaskan bahwa kendati harga CPO global sempat mengalami penurunan cukup signifikan pada paruh pertama 2020, tetapi berhasil kembali membaik sejak Juli 2020.
Selain itu, di pasar global harga CPO telah naik hingga 27,95 persen pada tahun lalu. Tren kenaikan harga itu pun masih berlanjut hingga saat ini. Pada perdagangan Rabu (24/2/2021) harga CPO untuk kontrak May 2021 di bursa Malaysia masih berada di kisaran tinggi 3.652 ringgit per ton.
“Kami siap pada harga berapa pun, tetapi kami berharap harga CPO akan berada pada level yang kondusif dan mendukung profitabilitas dan pertumbuhan usaha,” ujar Tofan kepada Bisnis, Rabu (24/2/2021).
Baca Juga
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, AALI membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp833,09 miliar pada 2020.
Realisasi itu tumbuh 294,61 persen dibandingkan dengan perolehan laba 2019 yang hanya sebesar Rp211,1 miliar.
Kenaikan laba tersebut didukung pertumbuhan pendapatan menjadi Rp18,8 triliun, tumbuh 7,76 persen daripada pendapatan 2019 sebesar Rp17,45 triliun.
Dari sisi produksi, kinerja tidak sebaik kinerja keuangan. AALI mencatatkan volume produksi CPO 2020 sebesar 1,4 juta ton atau turun 13,6 persen dibandingkan dengan produksi 2019 sebesar 1,65 juta ton.
Sejalan dengan itu, emiten Grup Astra itu mencatatkan penurunan volume TBS yang diproses sebesar 11,7 persen menjadi 7,24 juta ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya 8,2 juta ton.
Tofan menjelaskan bahwa penurunan produksi tersebut disebabkan oleh dampak kemarau jangka panjang yang terjadi sepanjang 2019 yang masih dirasakan hingga saat ini.
“Untuk tahun ini, AALI akan fokus pada upaya menjaga operasional perkebunan dengan melaksanakan protokol kesehatan yang ketat,” papar Tofan.
Sebelumnya, Direktur Utama Astra Agro Lestari Santosa menargetkan pertumbuhan produksi CPO pada tahun ini sekitar 5 persen.
“Tahun ini, [produksi] naik at least 5 persen karena kami juga ada replanting sekitar 5.000 hektare tahun ini di kebun inti,” papar Santosa.
Dia menjelaskan bahwa dalam jangka pendek volume produksi emiten berkode saham AALI itu tidak akan bergerak signifikan karena optimalisasi dan intensifikasi telah dilakukan selama 10 tahun terakhir.
Selain itu, secara hektare pun kebun AALI tidak akan bertambah. Oleh karena itu, kenaikan produksi secara signifikan oleh perseroan bertopang dari produksi di luar kebun inti perseroan.
Namun, dengan pembatasan mobilitas akibat pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi perseroan untuk mendapatkan kenaikan produksi terutama dari luar kebun inti.
“Tadinya tahun ini itu ada potensi pihak luar bisa kembali kontribusi lebih, tapi pembatasan mobilitas ini kan ada lagi, jadi challange tersendiri buat perseroan padahal harga lagi lumayan,” papar Santosa.
Di lantai bursa, pada penutupan perdagangan Rabu (24/2/2021) saham AALI naik 3,19 persen ke posisi Rp11.325 per saham. Total kapitalisasi pasar AALI sebesar Rp21,8 triliun.