Bisnis.com, JAKARTA - Sentimen positif pada pasar minyak global semakin kuat seiring dengan keterbatasan pasokan akibat cuaca buruk. Di sisi lain, pelaku pasar optimis pemulihan ekonomi bakal mengerek permintaan.
Dalam laporannya, Morgan Stanley menyebutkan, pasar minyak pada kuartal ini merupakan yang paling ketat sejak tahun 2000 lalu.Laporan tersebut menyebutkan, pasar minyak dunia mengalami kekuarnagan pasokan sebanyak 2,8 juta barel per hari pada tahun ini. Hal ini diyakini akan memicu penguatan harga minyak yang berkelanjutan.
"Keadaan yang kondusif untuk pasar minyak tercipta lebih cepat daripada perkiraan sebelumnya," tulis Morgan Stanley dalam riset yang dikutip dari Bloomberg, Selasa (23/2/2021).
Masalah kelangkaan juga ditambah dengan mulai berkurangnya angka infeksi virus corona secara global. Lebih lanjut, tingkat operasional pabrik pemurnian minyak yang kembali ke level sebelum pandemi juga akan menopang harga minyak.
"Harga minyak Brent dapat menembus US$70 per barel pada kuartal III/2021," demikian kutipan laporan tersebut.
Masalah kelangkaan minyak tersebut dipicu oleh cuaca dingin ekstrim yang terjadi pada wilayah Amerika Serikat pada pekan lalu. Co-Head of Oil Trading Trafigura Group, Ben Luckock menyebutkan, hal ini akan memperkuat sentimen bullish untuk pasar minyak global.
Baca Juga
Luckock menjelaskan, pelaku pasar menganggap remeh dampak dari cuaca dingin ekstrim yang terjadi di AS pekan lalu. Ia memprediksi, total produksi sebesar 40 juta barel, yang mayoritas diproduksi di Cekungan Permian, gagal diproses pada bulan ini akibat cuaca ekstrim tersebut.
Selain itu, produk-produk hasil pemurnian minyak juga akan mengalami masalah output yang sama. Apalagi, sekitar 5 persen dari sumur minyak yang tidak beroperasi pada pekan lalu juga terancam tidak dapat menghasilkan minyak lagi akibat kerusakan dari pembekuan pipa.
"Kami memprediksi, jumlah cadangan minyak dan produk terkait lainnya akan menunjukkan penurunan dalam beberapa pekan ke depan," jelasnya.