Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah katalis positif mendukung reli harga minyak yang bertahan di atas level US$60 per barel. Peluang penguatan lebih lanjut masih terbuka seiring dengan vaksinasi virus corona yang terus berlangsung.
Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (23/2/2021), Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) sempat naik mendekati level US$63 pada US$62,74 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak April 2021 juga naik hingga 1,9 persen ke posisi US$66,46 di ICE Futures Europe.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pergerakan harga minyak ditopang oleh optimisme pelaku pasar terhadap vaksin virus corona. Proses vaksinasi yang tengah berjalan diyakini akan mempercepat pemulihan ekonomi global yang turut berimbas pada permintaan minyak dunia.
Selain itu, perhatian pelaku pasar juga tertuju pada kelanjutan pembahasan paket stimulus dari Amerika Serikat (AS) senilai US$1,9 triliun. Komite Anggaran DPR Amerika Serikat telah mengajukan undang-undang bantuan pandemi senilai US$ 1,9 triliun yang diusulkan Presiden Joe Biden. Pengesahan oleh majelis rendah DPR ditetapkan pada akhir pekan ini.
“Hal ini memicu pelemahan dolar AS, yang kemudian dimanfaatkan pelaku pasar untuk membeli aset-aset komoditas, salah satunya adalah minyak,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Selasa (23/2/2021).
Baca Juga
Ibrahim melanjutkan, kenaikan harga minyak juga disebabkan oleh terhambatnya produksi minyak dari AS akibat cuaca dingin ekstrim pada pekan lalu. Ia memaparkan, cuaca dingin ekstrim tersebut menyebabkan pembekuan pada kilang penyimpanan minyak di Texas, AS.
Hal tersebut, ujarnya, berdampak pada berkurangnya produksi minyak harian dari Negeri Paman Sam tersebut. Cuaca ekstrim tersebut juga akan berimbas pada kerusakan peralatan-peralatan di kilang minyak itu.
“Pembekuan tersebut menimbulkan ekspektasi bahwa pemulihan pasokan minyak akan membutuhkan waktu lama. Sehingga, wajar kalau harga minyak terus mengalami kenaikan,” jelasnya.
Dampak cuaca dingin tersebut juga akan terlihat pada menipisnya jumlah cadangan minyak di AS. Pasalnya, pemerintah diperkirakan akan mengambil cadangan minyak dalam jumlah yang cukup besar guna memenuhi keperluan domestik seperti untuk listrik. Selain terbatasnya pasokan, Ibrahim menambahkan reli harga minyak yang terjadi saat ini juga disebabkan oleh fluktuasi tensi geopolitik di kawasan Timur Tengah.
Ibrahim menuturkan, peluang berlanjutnya kenaikan harga minyak masih terbuka hingga paruh pertama tahun ini. Hal ini terjadi seiring dengan proses vaksinasi virus corona yang terus berjalan di seluruh dunia dan diharapkan akan memperbaiki pertumbuhan ekonomi global.
“Pada kuartal I/2021, harga minyak dunia dapat mencapai kisaran US$65 per barel, sedangkan hingga semester I/2021, bisa mendekati level US$69 per barel,” pungkasnya.