Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cetak Rekor Harga Tertinggi Hampir 9 Tahun, Ada Apa dengan Tembaga?

Harga tembaga dengan kontrak sempat naik hingga US$9.187 per ton pada perdagangan di Singapura. Harga tersebut juga merupakan level tertinggi dalam sembilan tahun atau sejak 2011 lalu.
Tembaga./Bloomberg
Tembaga./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga tembaga telah menembus level tertinggi dalam 9 tahun terakhir di level US$9.000 per ton. Gangguan produksi yang berimbas pada kelangkaan tembaga menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan harga.

Berdasarkan data Bloomberg pada Senin (22/2/2021), harga tembaga dengan kontrak tiga bulan di London Metal Exchange (LME) terpantau sempat naik hingga US$9.187 per ton pada perdagangan di Singapura. Harga tersebut juga merupakan level tertinggi dalam sembilan tahun atau sejak 2011 lalu.

Kenaikan harga tembaga berbalik 180 derajat setelah sempat anjlok pada awal bulan Februari. Hal tersebut disebabkan oleh sikap investor yang meminta tambahan stimulus serta menurunnya permintaan dari China.

Analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan, kenaikan harga tembaga yang terjadi ditopang oleh terganggunya pasokan global dari negara-negara produsen seperti Chile dan Peru.

Di sisi lain, aktivitas pabrik yang terus berjalan selama perayaan tahun baru imlek di China berdampak pada semakin berkurangnya jumlah persediaan tembaga global. Hal ini juga ditambah dengan aksi beli yang dilakukan investor domestik China setelah Imlek.

“Padahal, biasanya periode setelah imlek adalah masa dimana jumlah persediaan tembaga bisa surplus,” katanya saat dihubungi pada Senin (22/2/2021).

Serupa, Senior Adviser Exploration Insights Brent Cook mengatakan, perlambatan produksi yang terjadi akibat pandemi virus corona berimbas pada jumlah persediaan dan reli harga tembaga. Cook memprediksi, pasar kemungkinan akan kesulitan mengimbangi permintaan tembaga global dalam beberapa waktu ke depan.

“Tingkat permintaan dan harga tembaga akan tetap terjaga seiring dengan pemulihan ekonomi global dan transisi negara-negara di dunia ke sumber energi hijau,” jelasnya.

Sementara itu, Analis T-Commodity Gianclaudio Torlizzi mengatakan, daya tarik tembaga mulai kembali setelah libur tahun baru imlek. Ia mengatakan, para investor saat ini kembali beralih pada komoditas tembaga.

Kedepannya, Torlizzi memprediksi sejumlah sentimen bullish yang ada di pasar tembaga akan berperan dalam mempertahankan reli komoditas ini.

“Dalam jangka pendek, sentimen tembaga masih bullish. Level harga kemungkinan masih berada di kisaran US$9.000 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper