Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stok Bensin AS Naik, Reli Minyak Mentah Terhenti

American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa persediaan bensin AS naik menjadi 4,81 juta barel pada pekan lalu.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA – Laju pergerakan harga minyak kembali stabil setelah mengalami reli kenaikan terpanjang dalam dua tahun terakhir. Laporan American Petroleum Institute terbaru menjadi sentimen harga.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (10/2/2021) hingga pukul 13.06 WIB, harga minyak jenis WTI untuk kontrak Maret 2021 di Nymex berada di posisi US$58,35 per barel turun tipis 0,02 persen.

Harga minyak WTI telah mengalami kenaikan hampir 12 persen selama tujuh hari perdagangan terakhir, menjadi reli terpanjang sejak Februari 2019 dan memperpanjang rebound minyak dari sentimen pandemi Covid-19.

Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak April 2021 di bursa ICE naik tipis 0,08 persen ke posisi US$61,14 per ton.

Pergerakan minyak menjadi lebih stabil seiring dengan laporan American Petroleum Institute (API) yang menunjukkan bahwa persediaan bensin AS naik menjadi 4,81 juta barel pada pekan lalu.

Jika data tersebut terkonfirmasi oleh pemerintah pada Kamis (11/2/2021) pagi dini hari waktu Indonesia, peningkatan persediaan itu menjadi yang terbesar sejak April.

Adapun, kenaikan persediaan umumnya menjadi sinyal bahwa terdapat pelemahan permintaan.

Kendati persediaan bensin naik, persediaan minyak sulingan, termasuk solar, menurut API menunjukkan penurunan. Selain itu, persediaan minyak secara keseluruhan turun menjadi 3,5 juta barel pada pekan lalu.

Di sisi lain, Ekonom Oversea-Chinese Banking Corp Howie Lee mengatakan bahwa reli harga minyak diproyeksi berlanjut hingga Arab Saudi merasa nyaman membiarkan kekuatan pasar mengambil alih harga.

Saat ini, harga minyak dipengaruhi besar oleh langkah Arab Saudi yang memangkas produksi minyak hingga 1 juta barel untuk periode Februari- Maret 2021. Langkah itu dilakukan sebagai salah satu upaya menjaga kestabilan pasar untuk mendorong pemulihan harga.

“Kami berpotensi melihat defisit pasokan yang berkelanjutan di tengah permintaan yang akan pulih, dan itu mendukung harga minyak,” ujar Lee seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (10/2/2021).

Namun, sejumlah analis menilai pasar harus tetap berhati-hati terhadap reli minyak itu karena salah satu indikator teknis menandakan harga minyak telah overbought sehingga ada potensi koreksi.

Selain itu, terdapat kekhawatiran bahwa kenaikan harga justru akan mendorong produsen untuk memompa lebih banyak minyak mentah dan membanjiri pasar yang masih dibayangi ketidakpastian permintaan.

Pasalnya, sejumlah negara belum bisa mengendalikan Covid-19 dan terdapat kekhawatiran distribusi vaksin tidak berjalan lancar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper