Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Ekspor Baru, Sido Muncul (SIDO) Incar Pendapatan Naik 15 Persen pada 2021

Direktur Utama Sido Muncul David Hidayat mengungkapkan rencananya ekspansi ke pasar Asia lebih jauh setelah sempat terganggu pandemi Covid-19.
Aktivitas di pabrik pembuatan jamu Sido Muncul./sidomuncul.co.id
Aktivitas di pabrik pembuatan jamu Sido Muncul./sidomuncul.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten produsen Tolak Angin PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) menargetkan pendapatan tumbuh 15 persen pada 2021. Salah satu penggeraknya melalui pembukaan pasar ekspor baru di wilayah Asia.

Direktur Utama Sido Muncul David Hidayat mengungkapkan rencananya ekspansi ke pasar Asia lebih jauh setelah sempat terganggu pandemi Covid-19. Pihaknya pun menargetkan pendapatan tumbuh 15 persen pada 2021.

"Kami merencanakan pertumbuhan 2021 lebih baik dari 2020, hal ini sangat dimungkinkan karena kami telah menyiapkannya melalui produk-produk baru dan juga saluran bisnis b to b agar kenaikan pendapatan dan laba bersih 15 persen bisa dicapai," katanya kepada Bisnis, Senin (8/2/2021).

Berdasarkan laporan keuangan tahun penuh 2020, emiten bersandi SIDO ini mencatatkan pendapatan mencapai Rp3,33 triliun naik 9 persen dari pendapatan 2019 yang mencapai Rp3,06 triliun. Adapun, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke entitas induk mencapai Rp934 miliar naik 16 persen daripada 2019 yang hanya Rp807,6 miliar.

Artinya, dengan pertumbuhan 15 persen bagi pendapatan dan laba bersih, setidaknya SIDO menargetkan pendapatan sebesar Rp3,8 triliun dan laba bersih Rp1,07 triliun pada 2021.

Pengelola perusahaan keluarga generasi kedua tersebut melanjutkan akan terus mendayagunakan unit ekstraksi untuk menghasilkan pendapatan melalui saluran bisnis ke bisnis.

Serta melakukan perluasan pasar ekspor serta penambahan produk dan varian baru yang sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat ke sejumlah negara di Asia dan memasuki benua Afrika.

"[Target kami ke] China, Indo China, negara-negara Arab Teluk (GCC), dan Afrika. Export ke negara-negara ini memang telah menjadi prioritas kami sebelum Affinity bergabung, sayangnya terhambat karena pandemi," urainya.

SIDO terangnya, selalu memanfaatkan peluang yang ada, sehingga perubahan permintaan karena pandemi ini disikapi dengan cepat dan membuat perseroan tidak kehilangan momentum.

"Selain itu, memang dengan adanya pandemi ini masyarakat semakin sadar akan kesehatan, spending untuk menjaga kesehatan semakin meningkat, kebetulan produk-produk kami sangat sesuai dengan kebutuhan mereka," katanya.

Berdasarkan konsensus analis Bloomberg terhadap saham SIDO, sebanyak 16 analis merekomendasikan beli, 8 analis merekomendasikan tahan, dan tidak ada analis yang merekomendasikan jual.

Sementara itu, target harga selama 12 bulan ke depan di level 872,19 dengan potensi pengembalian hingga 12,5 persen. Pada penutupan perdagangan Senin (8/2/2021), saham SIDO tidak beranjak dari harga 775 setelah bergerak di zona hijau sepanjang perdagangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper