Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan menutup pekan pertama Februari 2020 berada di zona hijau, kendati Indonesia mengalami resesi untuk kali pertama dalam lebih dari 20 tahun.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (5/2/2021) indeks harga saham gabungan (IHSG) parkir di posisi 6.151,73 menguat 0,73 persen atau 44,51 poin. Sepanjang perdagangan IHSG bergerak di kisaran 6.090,98 hingga 6.151,73.
Kendati demikian, investor asing mencatatkan transaksi jual bersih atau net sell mencapai Rp187,1 miliar. Dari keseluruhan konstituen, sebanyak 307 saham berhasil menguat, 176 saham terkoreksi, sedangkan 233 saham lainnya terpantau stagnan.
Penguatan indeks ditopang saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang naik 0,88 persen, diikuti saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang menguat 10,83 persen, dan saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) naik 4,48 persen.
Sementara itu, laju indeks ditekan oleh saham PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) yang terkoreksi 5,11 persen, disusul saham PT Astra International Tbk. (ASII) melemah 1,61 persen, dan saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM) yang turun 6,08 persen.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa pasar mengapresiasi komitmen pemerintah dalam melaksanakan program stimulus dari Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) sehingga indeks mendapatkan kekuatan untuk bertahan di zona hijau.
Baca Juga
“Market mengapresiasi peran pemerintah dalam rangka menjaga stabilitas fundamental makroekonomi domestik yang inklusif dan berkesinambungan,” ujar Nafan saat dihubungi, Jumat (5/2/2021).
Padahal, Indonesia resmi mengalami resesi untuk kali pertama dalam lebih dari 20 tahun.
Badan Pusat Statistik ( BPS) melaporkan, produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal IV/2020 minus 2,19 persen (year on year/yoy). Dengan demikian perekonomian Indonesia berada dalam fase resesi.
Adapun secara kuartalan, ekonomi minus 0,42 persen. Sepanjang 2020 secara kumulatif PDB Indonesia mengalami kontraksi minus 2,17 persen.
Nafan juga mengungkapkan pasar tampak mengapresiasi PDB Indonesia yang meski minus, berhasil lebih baik daripada konsensus pasar sebesar -2,3 persen.
Selain itu, pasar juga mencermati peningkatan cadangan devisa RI per Januari sebesar US$138 miliar. Hal ini meningkat dibandingkan dengan perilisan sebelumnya sebesar US$135,9 miliar.
“Market juga antusias menanti pengumuman US nonfarm payroll,” papar Nafan.