Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan Jumat (5/1/2021) meskipun Badan Pusat Statistik mengumumkan produk domestik bruto Indonesia -2,07 persen untuk periode 2020.
Indeks terpantau mengakhiri lajunya di level 6.151,73 setelah menguat 0,73 persen atau 44,51 poin dibandingkan penutupan kemarin. Adapun sebelumnya IHSG dibuka di level 6136,39 di awal perdagangan.
Sebanyak 307 saham menghijau, 176 memerah, dan 142 menguning. Total transaksi sekitar Rp12,59 triliun dan investor asing membukukan aksi jual bersih atau net sell senilai Rp221,87 miliar jelang penutupan.
Sejumlah saham yang menguat dobel digit pada hari ini di antaranya MTPS 34,83 persen, MARK 13,43 persen, BUMI 12,5 persen, ANTM 10,83 persen, dan GJTL 10,97 persen.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta menyebut hasil PDB Indonesia tahun 2020 hanya sedikit berbeda dari konsensus ekonom sehingga pergerakan pasar sudah priced in.
"Jadi tidak ada kekhawatiran," ujarnya ketika dihubungi Bisnis.
Baca Juga
Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher mengatakan meski hasil PDB tahunan Indonesia mengalami minus yang lebih dalam dari konsensus, tapi hasil -2,07 persen cenderung bisa diterima pasar.
"Slightly di bawah konsesus, tapi saya rasa masih oke," kata Dennies.
Sebelumnya, konsensus ekonom yang dirilis Bloomberg, memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 akan menyusut 2,2 persen.
Dari data yang dikumpulkan, proyeksi pertumbuhan ini menunjukkan sedikit perubahan dalam aktivitas transportasi dan sedikit peningkatan dalam pengukuran aktivitas ritel sepanjang kuartal keempat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, di tengah rata-rata sedikit pelonggaran ukuran jarak sosial.
Sementara itu, pagi ini Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada sepanjang 2020 tumbuh minus 2,07 persen.
Realisasi ini anjlok dibandingkan 2019 lalu yang tumbuh 5,02 persen. Kontraksi ekonomi ini dipicu oleh pandemi Covid-19 yang mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.
Pertumbuhan ini sejalan dengan proyeksi pemerintah yang berada di kisaran minus 2,2 persen hingga minus 1,7 persen. Namun, PDB ini berada di bawah ekspektasi yang dipasang oleh Bank Dunia dan Asian Development Bank (ADB) yang sama-sama memperkirakan ekonomi Indonesia minus 2,2 persen.