Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ternyata tak mampu melanjutkan tren positif pada hari ini, Selasa (2/2/2021). Indeks komposit harus rela kembali parkir di zona merah karena banyak emiten beken kolaps berjamaah.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG parkir di level 6043,84 setelah terkoreksi 23,70 poin atau 0,39 persen dibanding perdagangan hari sebelumnya. Dari seluruh saham yang diperdagangkan, sebanyak 247 saham menguat, 234 melemah, dan 146 lainnya tak beranjak dari posisinya semula.
Adapun kapitalisasi pasar hari ini mencapai Rp7134,47 triliun, dengan total transaksi yang tercatat Rp17,79 triliun. Investor asing terpantau melakukan aksi jual bersih mencapai Rp542,99 miliar di seluruh pasar.
Sejumlah saham jumbo jadi sasaran jual asing, seperti saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. atau BMRI yang mencatat net foreign sell Rp84,4 miliar, diikuti PT United Tractors Tbk. alias UNTR dengan net foreign sell Rp68,8 miliar.
Di sisi lain, banyak saham kembali mengalami auto reject bawah (ARB) berjamaah, mulai dari PT PP (Persero) Tbk. (PTPP), PT Waskita Karya Tbk. (WSKT), PT Timah Tbk. (TINS), hingga PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) yang kemarin naik signifikan.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christopher mengatakan di awal perdagangan pergerakan indeks masih melanjutkan kenaikan pada sesi perdagangan kemarin sehingga masih mampu bergerak di zona hijau.
Baca Juga
Namun, di paruh kedua perdagangan hari ini indeks kembali tertekan oleh aksi profit taking yang dilakukan investor, mengingat pada perdagangan sesi kemarin terdapat sejumlah saham yang mengalami penguatan signifikan.
“Selain itu hari ini juga minim sentimen,” katanya kepada Bisnis, Selasa (2/2/2021)
Secara terpisah, analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji menyebut kinerja data-data inflasi Indonesia yang masih di bawah ekspektasi pasar, perpanjangan PPKM oleh pemerintah, serta perkembangan Covid-19 membuat penguatan IHSG tak langgeng.
Di sisi lain, pasar masih menanti sejumlah perkembangan seperti kelanjutan stimulus AS di era pemerintahan Joe Biden, serta update mengenai lockdown di sejumlah negara. Kemudian di dalam negeri investor masih mencermati program vaksinasi massal pemerintah dan hasil PDB Indonesia
“Jadi bayang-bayang resesi masih menghantui investor,” ujar Nafan.