Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) diprediksi bergerak konsolidasi wajar jelang pengumuman Bank Indonesia terkait kebijakan suku bunga acuan.
Pada Rabu (20/1/2021), IHSG ditutup menguat 107,9 poin atau 1,71 persen ke level 6.429,76, setelah bergerak dalam kisaran 6.299,39-6.440,79.
Sebanyak 287 saham ditutup menguat, 211 melemah, dan 131 saham stagnan. Volume perdagangan hari ini mencapai 20,14 miliar dengan nilai mencapai Rp25,11 triliun.
Sebanyak 9 indeks sektoral ditutup menguat hari ini, dipimpin oleh sektor tambang dengan penguatan 5,6 persen, disusul sektor industri dasar yang menguat 2,51 persen. Di sisi lain, sektor konsumer melemah 0,62 persen.
Investor asing melakukan net buy Rp734,93 miliar hingga penutupan perdagangan. Saham bank BUMN jumbo, bank menengah, dan tambang logam menjadi buruan utama.
CEO PT Indosurya Bersinar SekuritasWilliam Surya Wijaya menyampaikan pola gerak IHSG terlihat sedang berusaha keluar dari rentang konsolidasi wajar pasca mengalami tekanan pada beberapa waktu yang lalu.
Baca Juga
"Sehingga jika IHSG tidak dapat dipertahankan diatas resisten level terdekat maka IHSG masih berpotensi untuk mengalami pelemahan lanjutan," paparnya dalam publikasi riset, Rabu (20/1/2021).
William menyampaikan data perekonomian tingkat suku bunga yang akan rilis pada Kamis (21/1/2021) yang disinyalir masih belum ada perubahan juga akan turut mewarnai pergerakan IHSG. Besok IHSG berpotensi bergerak dalam rentang konsolidasi wajar 6238 - 6460.
Dia pun merekomendasikan sejumlah saham big caps untuk dicermati besok, seperti BMRI, BBNI, KLBF, AALI, CTRA, MYOR, dan TBIG.
Sementara itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-7 Day Reverse Repo Rate akan dipertahankan pada level 3,75 persen pada bulan ini.
Sebagai informasi, BI akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis (21/1/2021).
Josua mengatakan, kebijakan BI tersebut dilakukan karena mempertibangkan suku bunga kebijakan saat ini masih konsisten untuk menjangkar ekspektasi inflasi, serta untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
“Inflasi awal 2021 ini cenderung meningkat mempertimbangkan potensi kenaikan inflasi harga diatur pemerintah dan inflasi harga bergejolak," katanya kepada Bisnis, Selasa (19/1/2021).