Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Joe Biden Bakal Anggarkan Stimulus US$2 Triliun, Wall Street Menguat

Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,4 persen, sedangkan indeks S&P 500 terpantau naik 0,22 persen dan indeks Nasdaq Composite menguat 0,33 persen
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman
Lambang Nasdaq Market Site di Times Square, New York/ Bloomberg - Demetrius Freeman

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat menguat pada awal perdagangan Kamis (4/1/2021) seiring dengan kenaikan imbal hasil Treasury AS setelah Presiden terpilih Joe Biden dikabarkan merencanakan paket bantuan Covid-19 senilai sekitar US$2 triliun.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average menguat 0,4 persen, sedangkan indeks S&P 500 terpantau naik 0,22 persen dan indeks Nasdaq Composite menguat 0,33 persen

Sektor energi dan industri memimpin penguatan indeks S&P 500. Dolar AS menahan kenaikan karena klaim pengangguran awal AS pekan lalu naik menjadi 965.000 dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sekitar 800.000.

Penasihat Biden baru-baru ini mengabarkan kepada Kongres mengenai total anggaran paket stimulus. Biden diperkirakan akan mengumumkan rencana dukungan ekonominya pada hari ini, Kamis (14/1).

Di Eropa, Indeks Stoxx 600 menguat dipimpin oleh saham-saham siklis. Saham Carrefour turun 7,4 persen setelah pemerintah Prancis menyatakan penolakannya terhadap akuisisi oleh Alimentation Couche-Tard dari Kanada.

Di Asia, Alibaba Group Holding Ltd. dan Tencent Holdings Ltd. menguat setelah AS memutuskan untuk tidak melarang investasi Amerika di raksasa teknologi China tersebut.

Investor bertaruh pada pemulihan ekonomi tahun ini dan menoleransi valuasi saham naik terlampau tinggi, sebagian karena ekspektasi pengeluaran fiskal AS lebih lanjut dan pengendalian pandemi yang lebih baik dengan adanya vaksin.

Dengan Biden akan menjabat sebagai Presiden AS dalam beberapa hari ke depan, transfer kekuasaan menjanjikan lebih banyak turbulensi. Pada hari Rabu, DPR AS memutuskan akan memakzulkan Presiden Donald Trump untuk kedua kalinya, meskipun persidangan di Senat kemungkinan tidak akan berlangsung sebelum masa jabatannya berakhir pada 20 Januari.

Komentar terbaru dari bank sentral juga memperkuat ekspektasi kebijakan moneter yang longgar. Gubernur regional Federal Reserve Lael Brainard menolak isu bahwa bank sentral akan mengurangi program pembelian obligasi tahun ini.

Gubernur The Fed Jerome Powell akan membahas sejumlah topik termasuk kerangka kebijakan The Fed pada Kamis malam.

"Ini akan menjadi tahun yang luar biasa untuk ekonomi dan pendapatan, tetapi hanya baik untuk pasar saham," kata kepala strategi ekuitas Nuveen Bob Doll, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper