Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah saham farmasi melanjutkan tren negatif setelah terperosok ke zona merah pada sesi pertama perdagangan hari ini, Kamis (14/1/2021). Saham farmasi berbalik arah usai vaksinasi Covid-19 dimulai kemarin.
Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak lima saham terkait farmasi dan alat kesehatan berguguran dan masuk daftar top losers hingga sesi pertama. Koreksi paling parah dialami PT Itama Ranoraya Tbk. yang amblas 6,96 persen ke level 240.
Selain itu menyusul saham PT Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, PT Phapros Tbk. dan PT Pyridam Farma Tbk. Kemarin, kelima emiten in juga melemah secara berjamaah, bahkan mendekati dan terkena auto reject bawah (ARB).
Kinerja Saham Farmasi Sesi I, 14 Januari 2021 | ||
---|---|---|
Emiten | Harga Penutupan | Perubahan |
Pyridam Farma Tbk PT | 1285 | -6.88% |
Phapros TBK PT | 2290 | -6.91% |
Indofarma Persero Tbk PT | 6050 | -6.92% |
Kimia Farma Tbk PT | 6050 | -6.92% |
Itama Ranoraya Tbk PT | 3210 | -6.96% |
Sumber : Bloomberg, diolah
Pada perdagangan kemarin, Rabu (13/1/2021), saham kelima saham tersebut juga kompak merosot. Saham IRRA turun 6,76 persen, lalu disusul INDF (-6,81 persen), KAEF (-6,81 persen), PEHA (-6,82 persen), dan PYFA (-6,76 persen).
Pergerakan saham farmasi dalam dua sesi menjadi antiklimaks. Pasalnya, saham farmasi melonjak berkat sentimen vaksinasi Covid-19 yang dimulai sejak kemarin. Bursa Efek Indonesia bahkan sempat mengumumkan unusual market activity atau UMA dan suspensi terhadap beberapa saham seperti IRRA.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, lima emiten farmasi mencetak lonjakan harga mulai 4 Januari 2021 hingga 12 Januari 2021 atau sehari sebelum vaksinasi dimulai. Saham IRRA mencetak lonjakan tertinggi hingga 117 persen. Saham ini tercatat pernah sekali terkena auto reject atas dan dua kali mepet ambang batas ARA.
Kinerja Saham Farmasi 4-12 Januari 2021 | |
---|---|
Emiten | Perubahan |
Pyridam Farma Tbk PT | 51,00% |
Phapros TBK PT | 51,72% |
Indofarma Persero Tbk PT | 68,00% |
Kimia Farma Tbk PT | 60,71% |
Itama Ranoraya Tbk PT | 117%* |
Sumber : Bloomberg, diolah. *4-11 Januari 2021
Dia mengatakan bahwa Price to Equity Ratio (PER) dan rasio price to Book Value (PBV) sejumlah saham farmasi sudah melambung tinggi dan di luar batas wajar.Sejumlah investor juga ramai berkeluh kesah di media sosial.
Alih-alih mendapat cuan, saham-saham farmasi malah berguguran. Analis PT Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami sudah memperingatkan investor terhadap adanya potensi koreksi dari pergerakan saham sektor itu, karena kenaikan harga yang terjadi juga belum disertai dengan adanya perubahan fundamental.
“Sejumlah saham farmasi menarik untuk trading saja dengan memanfaatkan euforia vaksinasi Covid-19, tetapi risiko saham itu juga cukup tinggi karena harganya sudah terlampau tinggi dan fluktuatif juga pergerakannya,” paparnya.