Bisnis.com, JAKARTA - Saham PT Timah Tbk. mencapai level tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir setelah ditutup dengan lonjakan lebih dari 20 persen di sesi pertama perdagangan hari ini, Kamis (14/1/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, saham PT Timah naik 445 poin atau 23,12 persen ke lvel 2.370. Dalam sepuluh tahun terakhir, saham berkode TINS paling tinggi menyentuh level 2.246 yang terjadi pada 3 Oktober 2010. Adapun harga tertinggi saham berkode TINS mencapai 2.561 pada 29 Juni 2008.
Saham TINS dibuka menguat 20 poin ke posisi 1.945 dan bergerak di rentang 1.925 hingga 2.400 di sesi pertama. Adapun total transaksi perdagangan saham TINS mencapai 500,6 juta lembar senilai Rp1,11 triliun. Investor asing mencatat net buy senilai Rp1,03 miliar.
Sejak awal tahun, saham TINS memang sudah tancap gas. Dengan harga penutupan di sesi pertama, saham TINS sudah melonjak 46,74 persen. Dengan kata lain, hanya dalam dua pekan saham TINS sudah melesat hampir 50 persen.
Level harga saat ini juga sudah melampaui konsensus analis di Bloomberg sebesar 1.320. Dari total 5 analis, sebanyak 2 analis merekomendasikan buy saham TINS sedangkan sisanya hold.
Kenaikan harga saham TINS hari ini bersamaan dengan tren bullish harga timah. kontrak timah paling aktif di London Metal Exchange naik 0,69 persen ke level 21.290 metrik ton. Sejak pandemi merebak pada Maret 2020, harga timah sudah melonjak 61,6 persen.
Baca Juga
Di sisi lain manajemen PT Timah melansir bakal mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang lebih besar pada 2021 seiring dengan rencana meningkatkan produksi.
TINS menargetkan volume produksi pada 2021 dapat mencapai lebih dari 50.000 ton, atau lebih tinggi daripada estimasi produksi pada 2020. TINS juga menargetkan penjualan timah pada 2021 sekitar 92 persen dari produksi atau setara 46.000 ton.
Sekretaris Perusahaan Timah Muhammad Zulkarnaen mengatakan bahwa perseroan mengalokasikan capex sekitar Rp1,9 triliun yang akan berasal dari kas internal dan penggunaan long term financing.
“Sebagian besar di Timah, capex akan digunakan untuk perluasan kapasitas untuk meningkatkan produksi, dan sisanya untuk pengembangan usaha dan lain-lain,” ujar Zulkarnaen kepada Bisnis, Rabu (13/1/2021).