Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia terus menanjak dan berpeluang mencatatkan rekor kenaikan beruntun terpanjang akibat penurunan cadangan minyak di Amerika Serikat. Faktor tersebut membuat harga emas kian melambung karena sebelumnya produsen minyak terbesar Arab Saudi juga memangkas produksi.
Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (13/1/2021) siang, Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) sempat naik hingga 1,2 persen ke level US$53,83 per barel di New York Mercantile Exchange.
Penguatan tersebut juga berpotensi mencatatkan penguatan beruntun terpanjang sejak Februari 2019 lalu. Sementara itu, harga minyak Brent juga sempat menguat hingga 1,3 persen ke posisi US$57,32 di ICE Futures Europe.
Data dari The American Petroleum Institute (API) melaporkan jumlah cadangan minyak mentah AS turun sebanyak 5,82 juta barel pada pekan lalu. Apabila angka tersebut terkonfirmasi oleh data pemerintah, penurunan tersebut akan melanjutkan tren penurunan cadangan selama lima pekan berturut-turut.
Sementara itu, dalam laporan Short Term Energy Outlook (STEO) edisi Januari 2021, EIA memperkirakan produksi minyak mentah AS turun dari level rekor 2019 sebesar 12,2 juta barel per hari menjadi 11,3 juta barel per hari pada 2020.
“EIA memperkirakan produksi rata-rata tahunan akan turun menjadi 11,1 juta barel per hari pada 2021 sebelum naik menjadi 11,5 juta barel per hari pada tahun 2022,” tulis EIA.
Baca Juga
Director of Energy Futures Mizuho Bob Yawger mengatakan, jumlah persediaan minyak AS di Cushing berada 10,2 juta barel dibawah rekor cadangan tertinggi. Hal tersebut membuat pasokan minyak di AS terbilang aman.
“Tetapi, pasar merespon positif sentimen yang mencerminkan adanya penurunan pasokan,” jelasnya.
Senior Market Analyst di Oanda Asia Pacific, Jeffrey Halley mengatakan rilis data API menjadi motor utama penguatan harga minyak dunia saat ini. Menurutnya, reli harga minyak dunia masih berpeluang berlanjut.
“Dengan ditopang rilis data API, peluang harga minyak dunia menyentuh level US$55 per barel di akhir pekan ini cukup terbuka,” katanya dikutip dari Bloomberg.
Selain itu, harga minyak mentah juga didukung oleh pelemahan nilai dolar AS. Sebagai informasi, pelemahan nilai dolar AS akan membuat komoditas mentah seperti minyak yang telah priced-in terhadap pergerakan greenback menjadi lebih atraktif.
Di sisi lain, keputusan pemangkasan produksi minyak dunia yang dilakukan Arab Saudi juga turut membantu pergerakan harga minyak dunia. Arab Saudi telah memangkas pasokan minyak ke 9 pengilangan minyak di Asia dan Eropa sejumlah 1 juta barel untuk periode Februari hingga Maret 2021.