Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas terkoreksi dan meninggalkan level US$1.900 per troy ounce. Salah satu faktor penekan harga emas adalah popularitas aset kripto seperti Bitcoin.
Dilansir dari Bloomberg pada Minggu (10/1/2021), harga emas di pasar Spot menutup pekan ini dengan koreksi 3,39 persen atau 64,94 poin ke level US$1.849,01 per troy ounce. Sementara itu, harga emas berjangka Comex juga terpantau turun 78,20 poin atau 4,09 persen ke posisi US$1.835,40 per troy ounce.
Harga emas bergerak secara fluktuatif pada awal tahun ini setelah mencatatkan kenaikan tahunan terbesar pada 2020. Hal tersebut terjadi seiring dengan sikap investor yang mempertimbangkan kenaikan imbal hasil melawan ekspektasi terhadap tambahan paket stimulus yang dapat memicu penguatan harga emas.
Kepala Riset Nirmal Bang Commodities Kunal Shah mengatakan, kenaikan dolar AS kemungkinan masih akan berlanjut dan terus mempengaruhi pergerakan harga emas.
“Nilai dolar AS diprediksi masih terus menguat diikuti oleh kenaikan imbal hasil US Treasury. Kenaikan tersebut disebabkan oleh sikap pasar yang mengantisipasi kenaikan tingkat suku bunga seiring dengan prospek pemulihan ekonomi,” jelasnya.
Analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan, selain faktor kenaikan yield US Treasury, pelemahan harga emas juga disebabkan oleh naiknya popularitas bitcoin. Ia menjelaskan, tren investor spekulatif saat ini lebih ke bitcoin yang hIngga akhir pekan terus mencatat kenaikan harga sehingga mengalahkan ketertarikan terhadap emas.
Baca Juga
Senada, Analis Pasar Senior di OANDA, Edward Moya mengatakan, lonjakan harga aset kripto, Bitcoin, juga mengalihkan perhatian investor dari logam mulia tersebut. Aliran dana yang umumnya masuk ke aset emas kini beralih ke Bitcoin.
Hal tersebut terjadi seiring dengan reli harga bitcoin yang terus berlanjut hingga menyentuh level US$41.000 pada Jumat lalu.
“Ada perubahan fundamental yang besar dari para investor. Status emas sebagai aset safe haven kini beralih ke aset-aset kripto, terutama bitcoin,” jelasnya.
Meski demikian, Moya memperkirakan daya tarik aset kripto hanya akan berlangsung dalam jangka pendek. Menurutnya, strategi lindung nilai investor dari inflasi akan kembali mendorong penguatan harga emas.
Moya mengatakan, level harga emas terendah yang perlu diperhatikan berada di kisaran US$1.770 per troy ounce. Level harga tersebut merupakan catatan terendah pada November 2020 lalu. Ia memprediksi harga emas dapat bertahan pada kisaran US$1.850 per troy ounce pada pekan depan.
“Pelaku pasar akan fokus pada harga terendah yang terjadi pada November lalu. Akan sangat mengejutkan apabila harga emas turun hingga US$1.800 per troy ounce. Harga emas pada akhirnya akan kembali stabil,” jelasnya.