Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lanjutkan Koreksi, Rupiah Kembali ke Level Rp14.000

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 09.21 WIB, rupiah terkoreksi 100 poin atau 0,72 persen menjadi Rp14.010 per dolar AS. Sedangkan, indeks dolar AS naik 0,12 persen menjadi 89,935.
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai rupiah melanjutkan tren koreksi pada perdagangan Jumat (8/1/2021) dan kembali ke level Rp14.000.

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 09.21 WIB, rupiah terkoreksi 100 poin atau 0,72 persen menjadi Rp14.010 per dolar AS. Sedangkan, indeks dolar AS naik 0,12 persen menjadi 89,935.

Sebelumnya, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rencana Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dapat menjadi katalis negatif yang memengaruhi pergerakan rupiah.

"Rupiah diprediksi akan kembali dibuka melemah pada level Rp13.900 hingga Rp13.950," papar Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam laporannya, Kamis (7/1/2021).

Ibrahim menyebutkan salah satu faktor penekan nilai rupiah adalah pemberlakuan kembali Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di wilayah Jawa dan Bali.

PPKM yang dimaknai sebagai pengetatan PSBB yang dilakukan oleh pemerintah, juga di lakukan oleh berbagai negara didunia, tujuannya agar pandemi virus corona dapat dikendalikan.

Namun, pengetatan ini dapat berpengaruh fatal terhadap konsumsi masyarakat yang berujung terhadap kontraksi pertumbuhan ekonomi di Kuartal I/2021 di kisaran 1 persen hingga 2 persen.

“Artinya, proyeksi pertumbuhan ekonomi yang di gadang-gadang oleh pemerintah sebesar 5 persen kemungkinan tidak akan tercapai dan pemerintah kemungkinan akan merevisi pertumbuhan ekonominya di kuartal I/2021,” jelasnya.

Selain itu, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi di Kuartal IV/2020 masih akan periode sebelumnya sebesar 3,49 persen. Namun, saat ini Indonesia masih masuk dalam fase resesi.

Dari luar negeri, kemenangan dua kandidat Senator pada pemilihan di Georgia membuka jalan bagi Presiden terpilih Joe Biden untuk mendorong agenda legislatifnya, termasuk lebih banyak langkah stimulus, ketika pemerintahannya mulai menjabat pada 20 Januari. Di sisi lain, protes oleh pendukung Presiden Donald Trump di Capitol Hill juga menimbulkan kekhawatiran.

Senat yang dikendalikan Demokrat dianggap berdampak baik untuk pertumbuhan ekonomi global dan untuk sebagian besar aset berisiko. Namun, dampak negatif akan muncul untuk obligasi dan dolar AS karena anggaran AS dan defisit perdagangan dapat semakin melebar.

Sementara itu, The Federal Reserve (The Fed) telah merilis risalah dari pertemuan kebijakan Desember pada hari Rabu. Dalam laporan tersebut, The Fed hampir sepakat dalam keputusannya bulan lalu untuk melanjutkan program pembelian obligasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper