Bisnis.com, JAKARTA – Saham Alibaba Group Holding Ltd. dan Tencent Holdings Ltd. anjlok di Hong Kong menyusul laporan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump mungkin melarang investasi di dua perusahaan paling berharga di China tersebut.
Berdasarkan data Bloomberg, saham Alibaba turun 3,9 persen dan Tencent turun 2,7 persen di perdagangan premarket Hong Kong pada hari Kamis (7/1/2021), menyusul pelemahan saham keduanya di bursa New York.
Menurut sumber yang mengetahui persoalan ini, Departemen Luar Negeri, Departemen Pertahanan, dan Departemen Keuangan termasuk di antara otoritas yang terlibat dalam musyawarah dengan pemerintahan Trump. Diskusi sebagian fokus pada bagaimana langkah seperti itu dapat mempengaruhi pasar modal.
Pemberlakuan larangan pada kedua perusahaan tersebut akan menandai eskalasi paling dramatis yang pernah dilakukan oleh pemerintahan Trump, mengingat valuasi kedua perusahaan tersebut. Dengan kapitalisasi pasar hingga US$1,4 triliun, keduanya bahkan lebih besar dari kapitalisasi pasar saham Spanyol. Sementara itu, kedua perusahaan bersama-sama menyumbang sekitar 11 persen terhadap indeks MSCI Emerging Markets.
“Jika larangan diterapkan maka itu akan menjadi hal yang besar bagi pasar,” kata direktur eksekutif Uob Kay Hian (Hong Kong) Ltd. Steven Leung, seperti dikutip Bloomberg.
“Masih terlalu dini untuk mengatakannya. Setelah pemerintahan Biden dimulai, kebijakan dapat berubah lagi,” lanjutnya.
Baca Juga
Otoritas AS telah meningkatkan upaya untuk mencabut perusahaan China untuk mencari permodalan di AS di bulan-bulan terakhir pemerintahan Presiden Donald Trump. Tindakan ini menambah ketegangan ekonomi saat Presiden terpilih Joe Biden bersiap untuk mengambil alih bulan ini.
Dengan alasan keamanan nasional, Trump sebelumnya menandatangani perintah eksekutif pada November yang mengharuskan investor untuk menarik diri dari perusahaan China yang terkait dengan militer negara itu.
Pada hari Selasa, Trump menandatangani perintah yang melarang transaksi AS dengan delapan aplikasi China termasuk Alipay milik Ant Group Co. dan dompet digital Tencent. Setelah Biden menjabat, keputusan ada di tangannya apakah akan menegakkan kebijakan itu setelah diberlakukan.