Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banjir Sentimen Positif, Sinyal January Effect Kian Kuat

Sepanjang 10 tahun terakhir setidaknya tiga kali terjadi IHSG gagal mencetak kinerja positif di awal bulan, yakni Januari 2011 (-7,95 persen), Januari 2017 (-0,05 persen), dan Januari 2020 (-5,71 persen). Namun tahun ini,January Effect diyakini bakal terjadi.
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta, Selasa (11/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan ponsel di dekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di BEI, Jakarta, Selasa (11/6/2019)./Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA—Sentimen-sentimen positif yang mengiringi pasar modal dinilai bakal melanggengkan fenomena January effect di awal tahun ini. Hal itu setidaknya sudah tampak dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di sesi pertama 2021.

January effect merupakan fenomena tahunan yang terjadi pada pasar modal, yang mana harga saham-saham membukukan kinerja positif di bulan pertama tersebut.

Akan tetapi, tak seperti fenomena window dressing di bulan Desember yang tak pernah absen selama 10 tahun terakhir, January effect tidak selalu terjadi.

Berdasarkan catatan Bisnis, sepanjang 10 tahun terakhir setidaknya tiga kali terjadi IHSG gagal mencetak kinerja positif di awal bulan, yakni Januari 2011 (-7,95 persen), Januari 2017 (-0,05 persen), dan Januari 2020 (-5,71 persen).

Dalam kurun waktu 10 tahun tersebut, kinerja bulanan IHSG pada Januari paling tinggi terjadi tahun 2018 yakni menguat 3,93 persen, sedangkan penguatan paling minim terjadi pada 2019 yakni hanya naik 1 persen.

Lantas, apakah January effect akan terjadi tahun ini?

Mengacu pada perdagangan pertama di Januari 2021 ini, sinyal January effect terasa kuat. Per penutupan pasar, Senin (4/1/2021), IHSG terpantau parkir di level 6104,89 setelah menguat hingga 2,10 persen dibanding posisi penutupan akhir 2020 di level 5979,07.

Di hari Bursa pertama tahun ini, kapitalisasi pasar mencapai Rp7146,02 triliun. Pun, total transaksi tercatat Rp14,52 triliun dengan aksi beli bersih (net buy) investor asing Rp343,32 miliar di seluruh pasar.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan probabilitas IHSG bisa mencetak rapor bulanan yang hijau di akhir Januari nanti cukup tinggi. Pasalnya, dia menilai sentimen-sentimen di awal tahun ini cenderung positif.

Sentimen pertama, kata Alfred, adalah tren harga mayoritas komoditas yang masih bertahan cukup tinggi di awal 2021, mulai dari batubara hingga minyak sawit atau crude palm oil (CPO).

Kemudian sentimen kedua adalah penguatan rupiah yang pada sesi perdagangan pertama tahun ini mampu menembus level psikologis Rp14.000.

Tercatat, nilai rupiah menguat 155 poin atau 1,1 persen menjadi Rp13.895 per dolar AS. Sementara di saat yang sama indeks dolar AS koreksi 0,36 persen menjadi 89,612.

“Di Januari kan pasar masih membawa sentimen Omnibus Law, recovery ekonomi global, suku bunga rendah. Jadi dgn kondisi rupiah yang di awal tahun di bawah 14.000 kita melihat optimisme pasar itu jadi semakin kuat sampai di perdagangan hari ini,” jelas Alfred ketika dihubungi Bisnis, Senin (4/1/2021) 

Selanjutnya, sentimen ketiga datang dari aksi beli bersih yang dilakukan investor asing pada perdagangan hari ini. Alfred menyebut sikap investor asing menjadi sentimen tersendiri karena sepanjang 2020 asing kabur dengan nilai Rp47 triliun.

Oleh karena itu, kehadiran investor asing yang ditandai dengan net buy menjadi pemupuk optimisme investor di dalam negeri. Alfred menilai pada tahun lalu, indeks mampu bertahan kendari arus modal keluar deras. Maka, kombinasi militansi investor ritel dan net buy asing akan membuat pergerakan positif pada IHSG.

Di sisi lain, dari sisi teknikal, Alfred menilai masih tersedia banyak ruang untuk indeks komposit menguat ke sekitar level 6200, mengingat di penutupan 2020 indeks parkir di bawah level 6000. Menurutnya, IHSG bisa naik 2—4 persen sepanjang Januari.

“Kita lihat bahwa IHSG di awal tahun mulai dari [level di bawah 6000 sementara di Desember pernah menyentuh level 6200. Jadi sebenernya ada ruang penguatan secara teknikal untuk bisa bermain di 6200,” jelas Alfred.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper