Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat pada perdagangan Selasa (29/12/2020) karena investor mempertimbangkan prospek permintaan jangka pendek yang memburuk terhadap rebound karena vaksin Covid-19 diluncurkan.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Februari 2021 terpantau menguat 0,59 persen atau 0,28 poin ke level US$47,90 per barel di New York Mercantile Exchange (Nymex) pada pukul 09.39 WIB.
Sementara itu, harga minyak Brent untuk pengiriman Februari 2021 menguat 0,53 persen atau 0,27 poin ke level US$51,13 per barel di bursa ICE Futures Europe setelah melemah 0,8 persen pada hari Senin
WTI menuju level US$48 per barel setelah jatuh 1,3% pada hari Senin. California Selatan akan memperpanjang lockdown di tengah lonjakan kasus virus corona, sementara pihak berwenang Jerman khawatir lambatnya peluncuran vaksin negara itu dapat memperpanjang tekanan ekonomi dari pandemi.
Sementara itu, penurunan dolar AS mendorong daya tarik komoditas seperti minyak yang dihargai dalam greenback. Indeks dolar AS terpantau melemah 0,186 poin atau 0,21 persen ke level 90,151 pada pukul 09.52 WIB.
Reli minyak mentah yang didorong oleh berita vaksin telah goyah dalam beberapa minggu terakhir karena sentimen tersebut mungkin telah terjadi sebelum pemulihan permintaan energi.
Baca Juga
Aliansi OPEC+ juga dkabarkan akan menambah 500.000 barel produksi per hari mulai Januari. Sementara itu, wakil perdana menteri Rusia mengatakan pekan lalu bahwa negara itu akan mendukung peningkatan produksi secara bertahap mulai Februari 2021.
Kepala strategi komoditas ING Group NV, Warren Patterson, mengatakan pergerakan harga minyak mentah akan terus didorong oleh perkembangan pandemi Covid-19.
“Kekhawatiran yang diperbarui atas virus ini akan membatasi penguatan minyak dalam waktu dekat dan kabar bahwa Rusia yang diduga mendukung penambahan lebih banyak produksi pada Februari juga tidak akan membantu,” ungkap Patterson, seperti dikutip Bloomberg.
OPEC+ akan bertemu minggu depan untuk memutuskan tingkat produksi bulan Februari. Pelaku pasar kini tengah mencari indikasi perubahan sentimen di antara para anggotanya.
Dalam jangka panjang, rencana Iran untuk menaikkan produksi minyak dapat merusak upaya aliansi untuk meningkatkan produksi sambil menghindari kelebihan pasokan.