Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Bikin Penerbitan Produk Reksa Dana Sepi

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan per pekan pertama Desember 2020, hanya terdapat 35 produk baru reksa dana yang diterbitkan sejak awal tahun.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Penerbitan produk reksa dana baru terpantau sepi pada masa pandemi 2020. Volatilitas tinggi di pasar saham, aliran modal asing yang keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN), serta kenaikan risiko obligasi korporasi ketika pandemi menyerang menjadi batu sandungan para manajer investasi menawarkan produk investasi kolektif.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan fund manager mulai mengambil posisi defensif ketika unit penyertaan reksa dana turun pada semester I/2020 seiring dengan kondisi pasar saham anjlok dan baru naik pada paruh kedua.

“Kemudian ada kenaikan risiko kredit korporasi. Jadi, MI lebih defensif juga. Sambil melihat pemulihan ekonomi, lebih banyak mengoptimalkan produk yang sudah ada,” jelas Farash kepada Bisnis, Minggu (27/12/2020).

Di sepanjang 2020, Avrist AM hanya meluncurkan dua reksa dana terproteksi dan satu reksa dana saham pada kuartal I/2020 atau sebelum pandemi menekan ekonomi secara global.

Avrist AM pun berencana menerbitkan 2-3 produk reksa dana terbuka dan 2 produk reksa dana terproteksi pada 2021.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan per pekan pertama Desember 2020, hanya terdapat 35 produk baru reksa dana yang diterbitkan sejak awal tahun.

Jumlah tersebut turun 46,96 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 66 produk. Adapun, di sepanjang 2019 manajer investasi menerbitkan produk baru reksa dana sejumlah total 82 produk.

Kendati jumlah penerbitan produk baru reksa dana tahun ini terbilang sepi, jumlah dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksa dana tetap tumbuh mengesankan.

Hingga 4 Desember 2020, nilai AUM reksa dana tercatat senilai Rp562,13 triliun atau naik 3,67 persen dibandingkan posisi pada akhir 2019 yang senilai Rp542,19 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper