Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Memerah Lagi, Ini Faktor Pemicunya

IHSG mengakhiri lajunya di level 6.008,70 setelah terkoreksi 0,24 persen dibandingkan penutupan kemarin. Indeks bahkan sempat kembali jebol menyentuh level 5853,26 pada awal perdagangan. 
Karyawan beraktivitas didepan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (30/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas didepan papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (30/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA—Indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali parkir di zona merah pada perdagangan terakhir pekan ini, Rabu (23/11/2020).

IHSG mengakhiri lajunya di level 6.008,70 setelah terkoreksi 0,24 persen dibandingkan penutupan kemarin. Indeks bahkan sempat kembali jebol menyentuh level 5853,26 pada awal perdagangan. 

Dari seluruh saham yang diperdagangankan, hanya 190 saham menghijau, sedangkan 305 memerah dan 128 lainnya menguning alias tak beranjak dari posisinya pada penutupan kemarin.

Secara sektoral, sektor aneka industri terpantau mengalami koreksi paling dalam yakni 1,34 persen. Diikuti oleh sektor pertambangan dan sektor konsumer yang masing-masing turun 0,75 persen dan 0,61 persen.

Sementara itu, pada akhir perdagangan hari ini total transaksi yang tercatat Rp17,81 triliun dengan aksi jual bersih asing Rp381,81 miliar di seluruh pasar. Adapun kapitalisasi pasar mencapai Rp7030,32 triliun.

Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan pelemahan indeks hari ini akibat tertekan oleh kenaikan kasus Covid-19 di Tanah Air dan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) terukur.

Pun, cuti bersama yang diterapkan pemerintah Indonesia membuat investor banyak melakukan aksi jual. Selain itu, dari global hak veto Presiden AS Donald Trump terkait stimulus AS dan darurat militer turut menekan pasar.

Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menambahkan, koreksi pasar yang terjadi juga disebabkan oleh kepanikan investor atas mutasi baru virus Covid-19 yang ditemukan di Inggris.

“Sentimen hari ini disebabkan oleh panic selling akibat sentimen negatif virus corona varian baru,” katanya kepada Bisnis, Rabu (23/12/2020)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper