Bisnis.com, JAKARTA - Emiten menara telekomunikasi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. mengakuisisi menara milik PT Inti Bangun Sejahtera Tbk senilai Rp3,97 triliun atau US$280 juta.
Akuisisi tersebut tertuang dalam perjanjian jual beli bersyarat (PJBB) pada 21 Desember 2020. Penyelesaian transaksi tersebut diharapkan selesai pada akhir kuartal I/2021.
Manajemen Tower Bersama melansir, akuisisi sebanyak-banyaknya 3.000 menara miliki Inti Bangun Sejahtera bakal membuat portofolio menara perseroan mencapai 19.000 sites.
"Akuisisi sebanyak-banyaknya 3.000 menara akan segera menghasilkan pendapatan dan EBITDA yang lebih tinggi," tuis manajemen Tower Bersama dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Selasa (22/12/2020).
Di lain pihak, manajemen Inti Bangun Sejahtera menyebut, rencana transaksi penjualan aset menara dilakukan dalam rangka memperkuat posisi keuangan guna mengembangkan usaha strategis di masa depan.
Transaksi penjualan ini perlu mendapat persetujuan dari pemegang saham karena tergolong transaksi material. Oleh karena itu, emiten bersandi saham IBST akan menggelar rapat umum pemegang saham guna meminta restu para pemegang saham.
Baca Juga
"Keterangan lebih lanjut mengenai dampak atas rencana transaksi akan dijabarkan oleh perseroan yang akan dilakukan bersamaan dengan pengumuman rapat umum pemegang saham luar biasa," tulis manajemen IBST dalam keterbukaan informasi.
Di sisi lain, Tower Bersama menganggarkan belanja modal sebesar Rp2 triliun untuk tahun buku 2021. Direktur Keuangan TBIG Helmy Yusman Santoso mengatakan anggaran belanja modal (capex) tersebut akan dialokasikan untuk menunjang ekspansi bisnis perseroan secara organik yakni untuk pembangunan menara telekomunikasi baru serta kolokasi menara.
“Rp2 triliun untuk organic growth,” kata Yusman ketika dihubungi Bisnis, Rabu (16/12/2020).
Sementara itu, sepanjang 2020 ini kinerja keuangan TBIG terpantau moncer. Untuk periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2020, perseroan berhasil menorehkan laba bersih sebesar Rp747 miliar, naik 22,26 persen year on year dari Rp611 miliar.