Bisnis.com, JAKARTA — Potensi pelemahan lebih lanjut nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terbuka pada pekan keempat Desember 2020.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan belum ada sentimen pendukung yang akan mendorong pergerakan nilai tukar rupiah pada pekan depan. Dengan demikian, potensi pelemahan lebih lanjut pada Senin (21/12/2020) cukup terbuka.
"Untuk nilai tukar sendiri akan berada di kisaran Rp14.150 — Rp14.200,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (18/12/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, nilai rupiah ditutup terkoreksi 0,02 persen atau 2,5 poin menjadi Rp14.110 per dolar AS pada sesi terakhir pekan ketiga Desember 2020. Adapun, indeks dolar AS naik 0,16 persen menjadi 89,966.
Yusuf menjelaskan bahwa pelemahan nilai rupiah salah satunya disebabkan oleh penambahan kasus Covid-19 yang relatif masih tinggi di Indonesia atau mencapai 6.689 kasus baru. Hal itu berdampak pada sentimen proses pemulihan ekonomi.
"Meskipun pemerintah telah mengeluarkan pembatasan hari libur di akhir tahun, namun dampaknya belum bisa meredam kekhawatiran investor di pasar keuangan terhadap proses pemulihan ekonomi yang berjalan lambat," jelasnya.
Baca Juga
Sementara itu, faktor eksternal yang melemahkan nilai rupiah adalah keputusan Amerika Serikat yang mengeluarkan daftar hitam atau blacklist untuk sejumlah perusahaan asal China. Langkah ini menyebabkan pasar keuangan Asia melakukan konsolidasi termasuk di Indonesia.