Bisnis.com, JAKARTA - PT Impack Pratama Industri Tbk. mengantongi restu pemegang saham untuk melaksanakan private placement atau penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD).
Hal itu diputuskan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) perseroan yang digelar pada Selasa (15/12/2020) di Jakarta. Emiten berkode saham IMPC itu akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 10 persen dari modal disetor penuh atau sebanyak 483,35 juta saham. Atas pelaksanaan private placement ini, dilusi yang akan dialami pemegang saham, yaitu sebanyak-banyaknya 9,09 persen.
Adapun, apabila pelaksanaan private placement tersebut terealisasi sepenuhnya, maka modal ditempatkan dan disetor perseroan akan bertambah menjadi sekitar Rp53,16 miliar.
Direktur Utama Impack Pratama Industri Haryanto Tjiptodihardjo mengatakan bahwa aksi private placement akan memberikan opsi yang lebih luas kepada perseroan terhadap pendanaan untuk pengembangan usaha dalam dua tahun mendatang. Selain itu, aksi korporasi itu akan menambah jumlah saham free float perseroan di pasar, sehingga likuiditas perdagangan saham perseroan di Bursa akan meningkat.
“Perseroan akan berbijaksana dalam penggunaan dana hasil pelaksanaan private placement agar dapat memberikan hasil yang optimal bagi peningkatan kinerja perseroan, sebagai bentuk tanggung jawab kepada pemangku kepentingan,” ujar Haryanto seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (15/12/2020).
Haryanto mengatakan, rencana penggunaan dana private placement itu untuk memperkuat struktur permodalan, memenuhi kebutuhan belanja modal dan modal kerja, serta pelunasan obligasi Seri B sebesar Rp100 Miliar, yang akan jatuh tempo tanggal 2 Desember 2021.
Baca Juga
Di sisi lain, IMPC optimis penjualan pada 2020 akan ditutup sekitar Rp1,75 triliun, di atas estimasi awal Rp1,6 triliun. Selain itu, laba bersih juga diharapkan melampaui estimasi awal dari semula Rp103miliar menjadi di kisaran Rp120-125 miliar.
Pada 2021, Perseroan menargetkan angka penjualan sebesar Rp1,9 triliun dan laba bersih Rp165 miliar. Angka tersebut dinilai perseroan cukup realistis mengingat tahun depan kondisi perekonomian Indonesia dan Asia Pasifik dinilai belum pulih sepenuhnya.