Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stimulus AS Masih Buntu, Bursa Asia Variatif

Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang melemah masing-masing 0,25 persen dan 0,7 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan menguat 1,14 persen.
Bursa Asia/ Bloomberg.
Bursa Asia/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia diperdagangkan beragam pada Jumat (11/12/2020) karena investor mempertimbangkan prospek kesepakatan stimulus terhadap data tenaga kerja AS yang mengecewakan.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang melemah masing-masing 0,25 persen dan 0,7 persen, sedangkan indeks Kospi Korea Selatan menguat 1,14 persen.

Sementara itu, indeks Hang Seng menguat 0,63 persen. Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 menguat masing-masing 0,21 persen dan 0,22 Persen.

Bursa saham di Asia berfluktuasi tanpa ada tanda-tanda terobosan pada isu-isu utama yang telah disepakati oleh anggota parlemen AS. Kamis pagi, indeks sempat pulih setelah Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Ketua DPR Nancy Pelosi mengutip kemajuan menuju kesepakatan.

Sementar itu, data tenaga kerja AS menunjukkan bahwa berlanjutnya penutupan bisnis untuk mengekang pandemi memicu hilangnya pekerjaan baru.

Setelah penutupan perdagangan saham AS pada Kamis, muncul berita bahwa vaksin Covid-19 pertama yang diharapkan akan digunakan di AS mendapatkan ijin penggunaan dari panel penasihat pemerintah.

Nasib paket bantuan tambahan masih belum terselesaikan karena Demokrat dan Republik terus bernegosiasi. Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell sekarang menyetujui proposal Mnuchin senilai US$916 miliar, dan menyebutkan perlunya melakukan segala yang dapat dilakukan untuk membantu perekonomian.

Sementara itu, Pelosi memperkirakan rencana stimulus senilai US$908 miliar masih disusun oleh sekelompok anggota parlemen bipartisan sebagai jalan terbaik untuk mencapai kesepakatan.

“Kami hanya menunggu kesepakatan. Saya tidak berharap pasar melakukan banyak hal dengan cara apapun menuju akhir tahun," kata manajer portofolio Gradient Investments Keith Gangl, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper