Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cukai Naik, Saham Rokok Mana yang Diuntungkan?

Kinerja HMSP dan GGRM diproyeksi tidak akan mungkin bertumbuh pada 2021 jika berkaca pada performa keuangannya pada tahun ini.
Penjual melayani pembeli rokok di Jakarta, Rabu (19/9/2018)./ANTARA-Muhammad Adimaja
Penjual melayani pembeli rokok di Jakarta, Rabu (19/9/2018)./ANTARA-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan tarif cukai yang cukup tinggi membuat kalangan analis merekomendasikan saham produsen rokok tier dua atau bahkan produsen tembakau iris pada 2021.

Analis RHB Sekuritas Michael Wilson Setjoadi mengatakan kenaikan tarif cukai rokok untuk segmen sigaret kretek mesin (SKM) golongan satu naik cukup tinggi yakni sebesar 16,9 persen sehingga memberatkan produsen rokok tier satu yakni PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM).

Disebutkannya, industri rokok didominasi 70 persen oleh segmen SKM. Sementara, khusus untuk produsen rokok tier satu, produksi segmen rokok tersebut hampir mencapai angka 60 persen.

“Jadi, jika cukai naik banyak, pemain rokok harus menaikkan harga, rokok jadi kurang affordable. Akhirnya, (konsumen) pindah ke tier dua yaitu Wismilak (WIIM), atau tier 8 sampai 10 yaitu ITIC (PT Indonesian Tobacco Tbk.),” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (10/12/2020).

Michael berpendapat kinerja HMSP dan GGRM tidak akan mungkin bertumbuh pada 2021 berkaca pada performa keuangannya pada tahun ini.

Hingga akhir tahun ini, keduanya pun dianggapnya masih kewalahan menyesuaikan kenaikan cukai yang pada akhirnya menyebabkan margin akan kembali turun.

“Kenaikan tarif cukai rokok di tier satu hampir 17 persen, dan di tier dua cuma 13 persen. Jadi gap (harga) tier satu ke tier dua lebih besar lagi,” sambungnya.

Michael juga memaklumi kebijakan yang diambil pemerintah untuk tidak menaikkan tarif CHT untuk segmen sigaret kretek tangan (SKT) mengingat penggunaan tembakau segmen tersebut lebih banyak sehingga mendukung industri petani tembakau.

Kendati volume penjualan produsen rokok tier satu akan menurun, Michael menyatakan pendapatan negara dari perusahaan rokok dapat terbantu dari kenaikan cukai rokok segmen SKM yang sangat tinggi.

“Tahun depan cuma target pendapatan cukai di RAPBN cuma naik 4,5 persen. Jadi kenaikan hampir 17 persen SKM di tier satu sudah jauh lebih cukup, karena kan (proporsi segmen) SKT sedikit cuma 20 persen dari industri,” jelasnya.

Dihubungi terpisah, analis Henan Putihrai Sekuritas Mayang Anggita mengatakan secara teknikal, saham GGRM melemah setelah sampai pada golden ratio fibonacci Retracement 161,8  persen di angka Rp48.000.

Buy on weakness bisa dilakukan di sekitar dynamic MA50 di area Rp42.600-Rp42.000, dengan target pertama di upper wedge Rp45.600,” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (10/12/2020).  

Sementara, saham HMSP diperkirakannya harus mengalami koreksi setelah bertemu resistance dari level previous high bulan Juli lalu di range Rp1.900-Rp1.970.

Dengan demikian, HMSP berpotensi melemah menuju support moving average yang bertahap; 1640, 1570, 1505. Buy on weakness dirasa lebih bijak untuk saham HMSP dengan target terdekat pada upper wedge Rp1.700.

Terakhir, WIIM bergerak uptrend di dalam pola rising wedge. Saat ini pergerakan WIIM ditopang support MA10 dan MA20 pada range Rp570-Rp560 sebagai area kritis.

“Jika pertahanan ini dijebol, maka WIIM berpotensi menuju support selanjutnya, yaitu MA50 di sekitar Rp460-Rp440,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper