Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan, PT Sampoerna Agro Tbk., menargetkan volume produksi pada 2021 dapat tumbuh sekitar 10-20 persen dari volume tahun ini.
Direktur Utama Sampoerna Agro Budi Setiawan Halim mengatakan bahwa target tersebut sesungguhnya cukup tinggi mengingat pemulihan secara optimal diprediksi baru akan terjadi pada 2020. Apalagi, level produksi minyak sawit atau crude palm oil (CPO) tahun ini berada di bawah tingkat normal.
Untuk diketahui, pada paruh kedua 2019 industri CPO dalam negeri mengalami kekeringan yang menyebabkan produksi tahun ini tidak begitu impresif.
Dia menjelaskan, jika melihat secara historis ketika 2016 juga terjadi kekeringan, tingkat produksi tanaman sawit baru pulih secara total dua tahun kemudian, yang berarti pada 2022 terdapat potensi pertumbuhan produksi baru mencapai level tertingginya.
“Namun, melihat curah hujan hingga saat ini sangat baik, maka kami percaya produksi pada 2021 on track untuk mengalami pemulihan,” ujar Budi seperti dikutip dari hasil paparan publik, Rabu (9/12/2020).
Adapun, hingga kuartal III/2020 volume produksi CPO emiten berkode saham SGRO itu sebesar 215.821 ton, turun 20 persen daripada periode yang sama tahun lalu sebesar 269.213 ton.
Baca Juga
Selain itu, produksi palm kernel (PK) SGRO juga melemah 22 persen menjadi hanya sebesar 50.086 ton dibandingkan dengan kuartal III/2019 sebesar 64.513 ton.
Di sisi lain, Head of Investor Relations Sampoerna Agro Michael Kesuma mengatakan bahwa dengan adanya cuaca yang lebih baik pada tahun ini, perseroan optimistis kinerja produksi di tahun depan membaik seiring dengan hasil intensifikasi yang secara konsisten dilakukan.
Dengan demikian, hal itu pun dapat mendukung perseroan mempertahankan momentum pertumbuhan yang sudah terjadi pada tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, SGRO berhasil membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp17,77 miliar.
Pencapaian itu tumbuh 8,3 persen daripada laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk pada kuartal III/2019 sebesar Rp16,4 miliar.
Adapun, SGRO mencatat harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) CPO sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini berada di kisaran Rp8.238 per kilogram, naik 24 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2019.
Pada perdagangan Rabu (9/12/2020), harga CPO berjangka untuk kontrak Februari 2021 di bursa Malaysia melemah 0,77 persen melemah ke posisi 3.366 ringgit per ton. Kendati demikian, sepanjang tahun berjalan 2020 harga telah naik 32 persen.
“Kami berharap harga sawit akan terus bertahan di kisaran level yang baik seperti saat ini,” ujar Michael.