Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ditopang Vaksin Corona, Bagaimana Rekomendasi Saham Farmasi?

Pada penutupan perdagangan Senin (7/12/2020), saham sektor farmasi berhasil kompak menguat signifikan dan parkir di zona hijau.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Terawan Agus Putranto meninjau pabrik Kimia Farma. /Kimia Farma
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Terawan Agus Putranto meninjau pabrik Kimia Farma. /Kimia Farma

Bisnis.com, JAKARTA - Saham sektor farmasi kembali mendapatkan katalis positif untuk mencatatkan kenaikan harga sahamnya. Kendati demikian, penguatan diprediksi bersifat spekulatif sehingga peluang koreksi terbuka cukup lebar.

Pada penutupan perdagangan Senin (7/12/2020), saham sektor farmasi berhasil kompak menguat signifikan dan parkir di zona hijau.

Penguatan dipimpin oleh saham PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) yang meroket 24,79 persen ke posisi Rp4.430 per saham, diikuti saham PT Indofarma Tbk. (INAF) yang naik 24,78 persen ke posisi Rp4.230 per saham.

Tidak kalah, entitas anak usaha KAEF, PT Phapros Tbk. (PEHA), juga ikut meroket 24,78 persen, disusul oleh saham PT Soho Global Health Tbk. (SOHO) yang naik 3,5 persen, saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) yang naik 1,27 persen, dan saham PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) yang menguat 0,68 persen.

Penguatan kali ini pun, memperkuat kinerja saham-saham sektor farmasi secara year to date yang telah naik hingga triple digit. Sepanjang tahun berjalan 2020, INAF telah meroket 386,21 persen, KAEF naik 254,4 persen, dan PEHA naik 105,91 persen.

Di sisi lain, saham distributor alat kesehatan PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) juga ikut tersulut hingga melejit 24,68 persen pada penutupan perdagangan Senin (7/12/2020). Sepanjang tahun berjalan 2020, IRRA naik 121,54 persen.

Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia Anggaraksa Arismunandar menjelaskan bahwa penguatan saham farmasi didukung oleh sentimen kedatangan vaksin Covid-19 ke Indonesia.

“Namun, penguatan yang dipimpin oleh KAEF dan INAF itu, saat ini sifatnya speculative buy dikarenakan sentimen vaksin Covid-19 telah mengangkat saham itu cukup tinggi sejak paruh kedua 2020, hingga relatif melampaui fundamentalnya,” ujar Anggaraksa kepada Bisnis, Senin (7/12/2020).

Untuk diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa sebanyak 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 telah tiba di Indonesia pada Minggu (6/12/2020), sekitar pukul 21.00 WIB.

Anggareksa menjelaskan bahwa sektor farmasi masih berpotensi mendapatkan sentimen positif tambahan apabila vaksin itu terbukti efektif dalam uji klinis dan mendapatkan izin edar.

Oleh karena itu, dia mengungkapkan bahwa investor dapat mempertimbangkan saham farmasi berfundamental kuat seperti KLBF dengan target harga Rp1.750 dan SIDO dengan target harga Rp930.

Secara terpisah, Analis RHB Sekuritas Michael W Setjoadi menjelaskan bahwa secara fundamental sentimen vaksin Covid-19 itu tidak dapat menguatkan fundamental KAEF dan INAF secara signifikan.

“Penjualan memang bisa besar terjadi di KAEF dan INAF, tetapi tentu margin akan tipis dan mungkin saja ada kemungkinan dua perusahaan pelat merah itu dituntut untuk pro-bono, kecuali emiten itu bertindak sebagai produsen bukan hanya sebagai distributor, impact akan jauh lebih besar,” papar Michael kepada Bisnis, Senin (7/12/2020).

Di tengah sentimen Covid-19 itu, Michael justru berpihak terhadap saham sektor rumah sakit seperti HEAL dan saham sektoral yang akan membaik secara fundamental ketika vaksin terdistribusi seperti konstruksi, transportasi, operator mall, bioskop, hingga jaringan ritel.

Sementara itu, analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya mengatakan bahwa kedatangan vaksin Covid-19 itu setidaknya akan menjadi diversifikasi pendapatan emiten farmasi pada 2021, mengingat pada tahun ini volume pasien di rumah sakit menurun sehingga penjualan obat resep menurun.

Dia menilai KAEF dan KLBF menarik untuk diakumulasi beli saat ini seiring dengan KAEF tidak hanya menjual obat, tetapi juga memiliki lab dan klinik-klinik yang bisa menjadi tempat distribusi vaksin ke seluruh wilayah Indonesia.

“Sementara itu, KLBF memang untuk vaksin dari perseroan masih dalam tahap uji klinis fase I dan II, tetapi dampak ke kinerja mungkin baru akan terlihat di paruh kedua 2021 mendatang,” ujar Rendy kepada Bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper