Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Besok, Chandra Asri (TPIA) Minta Izin Prajogo Pangestu untuk Merger

Chandra Asri akan merger dengan Stryrindo Mono Indonesia sebagai salah satu misi perseroan menjadi perusahaan petrokimia terintegrasi terbesar.
Pekerja mengoperasikan mesin di komplek pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), Cilegon, Banten./Antara - Muhammad Iqbal
Pekerja mengoperasikan mesin di komplek pabrik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), Cilegon, Banten./Antara - Muhammad Iqbal

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten petrokimia entitas PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA), akan melakukan penggabungan usaha atau merger dengan anak usaha PT Stryrindo Mono Indonesia.

Kedua perusahaan akan menyelenggarakan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 7 Desember 2020. Perseroan akan meminta restu pemegang saham dan penggabungan usaha direncanakan akan efektif pada 1 Januari 2021.

Pemegang saham pengendali TPIA ialah BRPT sebesar 41,88 persen, Prajogo Pangestu 15,07 persen, dan Marigold Pte. 4,75 persen

Mengutip ringkasan rancangan penggabungan usaha, emiten berkode saham TPIA itu akan merger dengan anak usahanya sendiri dengan total kepemilikan saham sebesar 100 persen, yaitu PT Stryrindo Mono Indonesia.

Direktur Chandra Asri Petrochemical Suryandi mengatakan bahwa penggabungan usaha itu sebagai salah satu misi perseroan menjadi perusahaan petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia.

Penggabungan akan menciptakan perusahaan petrokimia yang lebih terintegrasi dengan portofolio produk yang lebih beragam. Kombinasi ini juga akan menciptakan perusahaan dengan kapasitas produksi dan aset yang lebih kuat dan mampu bersaing, dengan profitabilitas yang lebih stabil.

Pasalnya, penggabungan usaha ini akan mengeliminasi seluruh biaya tambahan yang tidak diperlukan untuk menjaga kepatuhan dan mengeliminasi seluruh transaksi antar perusahaan serta mengintegrasikan proses produksi secara keseluruhan.

“Merger ini lebih bertujuan ke efisiensi dan efektifitas operasional. Proses masih menunggu keputusan efektif dari OJK,” ujar Suryandi kepada Bisnis, belum lama ini.

Dia menjelaskan, PT Styrindo Mono Indonesia merupakan anak usaha yang memiliki pabrik untuk memproduksi styrene monomer. Pabrik itu berkapasitas produksi 340 kiloton per annum (KTA) dan terletak di Merak, Banten.

Adapun, Styrene monomer adalah bahan baku untuk industri hilir seperti PS (Polystyrene), EPS (Expanded Polystyrene), SAN (Styrene Acrylonitrile), ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene), SBR (Styrene Butadiene Rubber), SBL (Styrene Butadiene Latex), dan UPR (Unsaturated Polyester Resin).

Di sisi lain, penggabungan usaha dengan entitas anak sendiri telah dilakukan TPIA dalam beberapa tahun terakhir. Pada awal tahun ini, TPIA telah resmi merger dengan anak usahanya, PT Petrokimia Butadiene Indonesia (PT PBI).

Kala itu, PT PBI juga merupakan entitas anak yang seluruh sahamnya dimiliki TPIA. Tujuan aksi korporasi itu pun sama, yaitu untuk mengintegrasikan proses produksi secara keseluruhan, pemetaan produk yang lebih baik, serta meningkatkan sinergi pengadaan dan akuntansi.

Menyusul rencana aksi merger itu, pada penutupan perdagangan Jumat (4/12/2020) saham TPIA ditutup stagnan di level Rp9.750 per saham, setelah bergerak di kisaran Rp9.675-Rp8.775. Harga menguat 19,63 persen sebulan terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper