Bisnis.com, JAKARTA - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk berhasil mencatatkan arah perbaikan kinerja perusahaan yang solid pada akhir kuartal III/2020, meskipun di tengah hantaman pandemi Covid-19 yang masih melanda dunia saat ini.
Emiten berkode saham TPIA tersebut, berhasil mencatatkan volume penjualan yang meningkat 17% menjadi 1,626 KT di YTD Q3 2020, naik dari posisi Q3 2019 sebesar 1,394 KT.
Direktur PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Suryandi, menegaskan bahwa kinerja keuangan TPIA masih sangat solid dan didukung dengan permintaan yang terus membaik pada awal semester II/2020.
"Kami terus dapat menjual volume produksi secara stabil tanpa penurunan permintaan, untuk melayani kebutuhan pelanggan dan pasar domestik yang dinamis," ujarnya dalam paparan kinerja III/2020.
Menurutnya, pada hingga kuartal ketiga tahun ini, pendapatan bersih perusahaan telah mecapai US$1,27 miliar. Padahal, Chandra Asri harus menghadapi gejolak harga produk yang lebih rendah sepanjang tahun ini, terutama Olefins dan Polyolefins.
Kinerja itupun terjaga seiring kemampuan perusahaan menggenjot volume penjualan. Tercatat, Chandra Asri mampu menghasilkan peningkatan volume penjualan sebesar 1,626 KT pada kuartal III/2020, jauh lebih tinggi dibandingkan 1,394 KT pada periode sama tahun lalu.
"Volume penjualan kami meningkat 17%," tegas Suryandi.
Suryandi,menyatakan bahwa perbaikan pada paruh kedua tahun 2020 dipicu pemulihan permintaan dari China dan kawasan Asia Timur Laut. Selain itu, terdapat kemampuan perusahaan menggarap pasar produk yang kuat terhadap permintaan kemasan plastik sebagai produk berbiaya rendah dan higienis.
Keberhasilan yang dipetik merupakan buah dari upaya berkelanjutan Chandra Asri pada keunggulan operasional untuk memberikan operasi yang lancar dan aman. "Posisi neraca kami tetap solid dengan kumpulan likuiditas sebesar US$797 juta per 30 September 2020 termasuk kas dan setara kas sebesar US$516 juta," tegasnya.
Chandra Asri juga secara proaktif telah melakukan percepatan pelunasan sebesar US$125 juta dari secured term loan terakhir pada Juli 2020, yang semestinya jatuh tempo pada 2023.
"Kemudian kami juga membeli kembali obligasi US$ kami sebesar US$20 juta di pasar terbuka, dan menerbitkan obligasi Rupiah dalam negeri sebesar US$68 juta untuk secara proaktif mengelola struktur modal kami sekaligus mengurangi biaya pendanaan secara keseluruhan," terangnya.
EKSPANSI
Proyek ekspansi juga terus berjalan meskipun masih pada situasi pandemi. Hal ini seperti diwujudkan TPIA yang mulai mengoperasikan kedua unit pabriknya, yakni MTBE dan B1 pada September lalu.
Pabrik MTBE (Methyl Tert-butyl Ether) berkapasitas 128 kilo ton per tahun dan pabrik Butene-1 dengan kapasitas 43 kilo ton per tahun tersebut merupakan perdana di Indonesia.
Proyek senilai US$130,5 juta tersebut selesai tepat waktu, sesuai anggaran dan memenuhi spesifikasi meskipun di tengah situasi pandemi yang menantang.
"Ini menandai keberhasilan penyelesaian Master Plan Integrasi Chandra Asri 2015-2020," ujarnya.
Menurutnya, pabrik satu-satunya di Indonesia tersebut selain sangat membantu kemajuan industri petrokimia di Tanah Air, juga berpotensi menekan importasi yang pada akhirnya memperbaiki neraca pembayaran Indonesia. Pabrik itupun meningkatkan total kapasitas produksi Chandra Asri menjadi lebih dari 4,2 juta ton per tahun.
Pabrik MTBE untuk memasok kebutuhan octane booster dalam negeri yang sampai saat ini masih diimpor, sedangkan pabrik Butene 1 akan diserap untuk kebutuhan operasional pabrik Chandra Asri dan untuk pasar domestik.
Selain itu Chandra Asri juga berhasil mengoperasikan Enclosed Ground Flare (EGF) atau teknologi suar tanpa asap di komplek pabriknya di Banten untuk meminimalisasi dampak lingkungan.
Pandemi tak menghalangi realisasi komitmen CAP dalam menekan dampak lingkungan dari tiap aktivitas produksi. Fasilitas EGF yang dimiliki Chandra Asri menggunakan teknologi mutakhir yang secara signifikan mengikis jumlah emisi.
"Enclosed Ground Flare baru kami dengan nilai investasi US$14 juta juga diselesaikan tepat waktu untuk mendukung komitmen kuat kami terhadap faktor Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG)," pungkasnya.