Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mayoritas Mata Uang Asia Menghijau, Rupiah Dibuka Menguat

Mata uang Garuda terpantau menguat 29 poin atau 0,2 persen ke level Rp14.115 per dolar AS, setelah dibuka di posisi Rp14.125.
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menghitung dolar AS di Jakarta, Rabu (18/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA—Nilai tukar rupiah kembali menguat terhadap dolar Amerika Serikat di pasar spot pada perdagangan Kamis (26/11/2020).

Berdasarkan data Bloomberg per pukul 09.35, mata uang Garuda terpantau menguat 29 poin atau 0,2 persen ke level Rp14.115 per dolar AS, setelah dibuka di posisi Rp14.125.

Di saat yang sama, indeks dolar AS terpantau berada di level 91,47, melemah 0,047 poin atau 0,05 persen.

Penguatan rupiah juga sejalan dengan mayoritas mata uang Asia lainnya. Yuan China terapresiasi 0,16 persen, ringgit Malaysia 0,13 persen, rupee India 0,12 persen, peso Filipina 0,10 persen, dan won Korea Selatan 0,20 persen.

Sebelumnya, pada Rabu (26/11/2020) kemarin nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup berbalik menguat 11 poin atau 0,08 persen ke level Rp14.144 per dolar AS.

Pun, kemarin indeks dolar AS terpantau melemah 0,17 poin atau 0,154 persen ke level 92,072 pada puku 14.53 WIB.

Tim Riset Monex Futures Investindo mengatakan ada sejumlah sentimen global yang menjadi penggerak pasar mata uang hari ini.

“Pertama, The Fed tengah mempertimbangkan berbagai opsi untuk menyesuaikan program pembelian obligasi mereka, dan setuju bahwa sementara laju pembelian saat ini sesuai,” demikian tulis Tim Riset Monex dalam laman resmi mereka, seperti dikutip Kamis (26/11/2020).

Selain itu, anggota Fed juga memperdebatkan berbagai opsi pembelian obligasi untuk mendukung pemulihan, termasuk meningkatkan laju pembelian atau mengalihkan fokus ke obligasi berdurasi lebih lama.

Kedua, Badan Statistik Australia akan merilis data perubahan nilai belanja modal baru yang disesuaikan dengan inflas, bila data menunjukkan aktual data yang lebih tinggi dari perkiraan maka AUDUSD berpeluang menguat.

Lalu, lembaga Survei GFK akan merilis data belanja konsumen Jerman, data ini menyumbang sebagian besar aktivitas ekonomi secara keseluruhan, bila data dirilis lebih rendah dari perkiraan maka EURUSD berpeluang melemah.

Selanjutnya pada malam hari ECB akan merilis notula rapat kebijakan moneter yang di lakukan pada tanggal 8 October 2020, bila ECB memberikan pernyataan yang dovish maka EURUSD berpeluang melemah.

Ketiga atau terakhir, pasar di Amerika Serikat hari ini menghadapi momentum liburan Thanksgiving.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper