Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup melemah ke Rp16.187 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (25/4/2024). Pelemahan mata uang rupiah dan dolar AS terjadi saat pasar mengantisipasi data ekonomi AS pekan ini.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan turun 0,20% atau 32 poin ke posisi Rp16.187 per dolar AS. Sementara itu indeks dolar terpantau melemah 0,21% ke level 105.475.
Mayoritas mata uang kawasan Asia lainnya bergerak melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,21%, dolar Taiwan turun 0,14%, won Korea turun 0,36%, peso Filipina melemah 0,43%, rupee India tergerus 0,06%, yuan China turun 0,02%, dan ringgit Malaysia melemah 0,09%.
Mata uang yang naik di hadapan dolar AS adalah dolar Singapura melemah 0,15%, dolar Hong Kong 0,02% dan baht Thailand sebesar 0,07%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan data ekonomi yang dirilis minggu ini ditetapkan untuk memberikan lebih banyak isyarat mengenai jalur suku bunga. Data produk domestik bruto AS kuartal pertama yang akan dirilis pada hari Kamis diperkirakan akan menunjukkan apakah ekonomi terbesar di dunia ini tetap tangguh pada awal tahun 2024.
“Yang lebih diawasi adalah data indeks harga PCE ukuran inflasi pilihan The Fed yang akan dirilis pada hari Jumat,” kata Ibrahim dalam riset harian, dikutip Kamis (25/4/2024).
Data indeks harga PCE yang merupakan ukuran inflasi pilihan Federal Reserve kemungkinan akan memiliki dampak yang lebih besar, mengingat data tersebut terkait langsung dengan prospek bank sentral mengenai suku bunga.
Selain itu, pertemuan BOJ mendatang menjadi fokus utama. Bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada hari Jumat, menyusul kenaikan suku bunga bersejarah pada bulan Maret.
Namun pelemahan yen baru-baru ini, ditambah dengan ekspektasi upah dan inflasi yang lebih tinggi membuat para pedagang waspada terhadap sinyal hawkish dari BOJ. BOJ berpotensi menaikkan prospek inflasi dan mengulangi rencana untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini.
Tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih kecil dan lebih lama dari prakiraan (high for longer) sejalan pula dengan pernyataan para pejabat Federal Reserve System.
Akibatnya, investor global memindahkan portofolionya ke aset yang lebih aman khususnya mata uang dolar AS dan emas, sehingga menyebabkan pelarian modal keluar dan pelemahan nilai tukar di negara berkembang semakin besar.
Kondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global tersebut terhadap perekonomian di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia.
Di sisi lain, Ibrahim memproyeksikan pada perdagangan besok, Jumat (26/4/2024) mata uang rupiah akan fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.150 - Rp16.220 per dolar AS.