Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Naik, Austindo Nusantara Raup Pendapatan Rp1,6 Triliun Jelang Akhir Tahun

PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. meraih pendapatan sebanyak US$118,4 juta atau setara Rp1,67 triliun dalam periode sembilan bulan 2020. Jumlah tersebut meningkat hampir 30 persen, dipicu kenaikan harga CPO.
Aktivitas di perkebunan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT). Istimewa
Aktivitas di perkebunan PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT). Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — PT Austindo Nusantara Jaya Tbk. (ANJT) mencetak pertumbuhan kinerja secara tahunan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada September 2020. Perseroan juga mencatatkan kenaikan produksi sejumlah komoditas dalam periode tersebut.

Berdasarkan publikasi perseroan, pendapatan bersih ANJT meningkat 28,6 persen dari US$92,1 juta per kuartal III/2019 menjadi US$118,4 juta per kuartal III/2020 atau setara Rp1,67 triliun (Kurs Rp14.147,85). Kenaikan terutama disebabkan kenaikan harga jual rata-rata produksi minyak kelapa sawit dan inti sawit.

Perseroan juga berhasil mencatatkan laba bersih US$1,4 juta di akhir kuartal III/2020 ini, berbalik dari posisi rugi pada kuartal III/2019 dengan rugi bersih US$5,9 juta. Adapun realisasi belanja modal mengalami penurunan 37,7 persen menjadi US$33,4 juta.

Direktur Keuangan ANJT Lucas Kurniawan mengatakan sampai dengan kuartal III/2020 perseroan mencatatkan peningkatan produksi tandan buah segar (TBS) kebun inti sebesar 2,1 persen menjadi 553.698 ton.

“Peningkatan produksi TBS kebun inti dikontribusikan oleh Perkebunan Papua Barat kami yang baru menghasilkan pada kuartal pertama 2020,” ujarnya dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Rabu (25/11/2020)

Sementara itu produksi minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan inti sawit (palm kernel/PK) mengalami penurunan masing-masing 2,6 persen dan 4,9 persen karena penurunan produksi kebun ANJT di Belitung.

Penurunan tersebut menurut Lucas merupakan dampak penanaman kembali dan siklus pemulihan akibat tingginya produktivitas pada semester pertama tahun lalu. Selain itu perkebunan kami di Kalimantan Barat mengalami penurunan produksi karena dampak kondisi kekeringan di paruh kedua 2019,” jelas dia

Untuk lini bisnis sayuran, produksi edamame ANJT mengalami peningkatan 37,1 persen dari 480 ton menjadi 658 ton. Pun, harga jual rata-rata edamame meningkat sekitar 19,1 persen menjadi Rp8.009 per kilogram.

Adapun produksi sagu mengalami penurunan sebesar 7,0 persen menjadi 1.801 ton dan harga jual rata-ratanya juga turun sebesar 9,9 persen menjadi Rp6.243 per kilogram.

Direktur Utama ANJT Istini T. Siddharta mengatakan perseroan akan terus melanjutkan strategi pengembangan yang bertanggung jawab sebagai strategi pertumbuhan perseroan di masa depan.

“Pendekatan keberlanjutan sudah sangat tertanam dalam cara kami berbisnis, sebagaimana tercermin dalam pekerjaan yang kami lakukan,” ujarnya.

Pendekatan itu antara lain mempekerjakan dan meningkatkan keterampilan pekerja lokal, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan mempromosikan budidaya pangan yang menguntungkan petani lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper