Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Tembaga Kian Moncer Terdorong Sentimen Vaksin

Selama sepekan, harga tembaga melesat 4,2 persen atau kenaikan tertinggi sejak Juli 2020.
Tembaga./Bloomberg
Tembaga./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga tembaga melonjak ke level tertinggi dalam dua tahun pada akhir pekan lalu, terdorong oleh optimisme pemulihan ekonomi setelah vaksin Covid-19 ditemukan.

Berdasarkan data Bloomberg, harga tembaga di London Metal Exchange (LME) menguat sekitar 2,80 persen menjadi US$7.294,50 per metrik ton sebelum stabil pada US$7.277 per metrik ton pada Jumat (20/11/2020). 

Level harga tersebut merupakan yang tertinggi sejak Juni 2018. Selama sepekan, harga tembaga melesat 4,2 persen atau kenaikan tertinggi sejak Juli 2020.

Senior Market Strategist Peter Mooses RJO Futures Peter Mooses mengatakan berita positif belakangan ini menguatkan harga logam dan tembaga salah satu yang mampu menangkap momentum.

“Logam dasar didorong oleh berita bullish dari segala penjuru. Vaksin merupakan salah satu yang diinginkan pasar, menjadi solusi jangka panjang menuju pemulihan ekonomi,” kata Mooses, seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (22/11/2020).

Adapun, Pfizer Inc. dan BioNTech SE yang telah menemukan vaksin Covid-19 dengan efektivitas di atas 90 persen diperkirakan bisa mendistribusikan vaksin di AS pada bulan depan.

Kemajuan dalam penemuan vaksin tersebut pun tampaknya akan mengubah keputusan Pemerintah AS untuk memberlakukan pembatasan sosial di masa depan. Adapun, pembatasan sosial menjadi momok terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Harga tembaga yang juga dijadikan tolok ukur perekonomian telah melaju selama delapan bulan berturut-turut atau reli terpanjang sejak hampir sedekade terakhir.

Penopangnya berasal dari data pertumbuhan ekonomi China yang membaik serta sinyal perkembangan vaksin. Keduanya menjadi sentimen positif terhadap sisi permintaan.

Selain itu, investor juga tengah menantikan katalis positif lainnya dalam bentuk anggaran infrastruktur hijau dan energi alternatif yang diinisiasi oleh Presiden AS Joe Biden.

Capital Analyst ED&F Man Capital Edward Meir mengingatkan bahwa opsi pembatasan sosial harus tetap dicermati pelaku pasar karena beberapa waktu terakhir jumlah infeksi Covid-19 kembali meningkat.

“Penyebaran virus dapat meningkatkan kekhawatiran dan operasional tambang sekali lagi akan dihentikan, merusak sisi penawaran,” kata Mei.

Adapun, lonjakan infeksi virus corona di dunia menjadi salah satu sentimen negatif terhadap pasokan tembaga. Tambangtembaga di Chile bahkan sudah ditutup lagi dan operasional menjadi terhenti.

Di sisi lain, harga tembaga dan logam dasar lainnya masih mendapatkan katalis dari kelanjutan perundingan stimulus fiskal di AS.

“Harga bahan dasar termasuk logam terangkat menjadi bullish karena perubahan struktural [di AS] yang termasuk pergeseran pertumbuhan lebih ditopang oleh komoditas,” tulis Goldman Sachs Group Inc.

Selain tembaga, harga aluminium juga menyentuh level tertingginya dalam dua tahun. Begitu pula zink yang naik dengan laju tercepat sejak Mei 2019.

Bloomberg melaporkan bahwa seluruh indeks komoditas logam utama di London saat ini berada di level tertingginya sejak 2018.

Commodity Analyst Marex Spectron Anna Stablum mengatakan bahwa harga aluminium terapresiasi setelah ada kemajuan aktivitas manufaktur otomotif di China. S

UC Rusal sebagai produsen aluminium terbesar di dunia yang berada di luar China pun melihat bakal ada keseimbangan di pasar pada 2021 dan harga bisa bertahan di level sekarang ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper