Binsis.com, JAKARTA – Emiten pengembang lahan industri PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. mampu menggenjot penjualan hingga akhir kuartal III/2020. Namun, beban selisih kurs membuat perseroan menderita rugi.
Sekretaris Perusahaan Jababeka Muljadi Suganda menjelaskan pendapatan konsolidasi emiten berkode saham KIJA tersebut naik 29,45 persen menjadi Rp1,82 triliun dari sebelumnya Rp1,41 triliun.
“Peningkatan ini terutama didorong oleh peningkatan kontribusi penjualan dari Kendal,” kata Muljadi melalui keterangan resmi yang diterima Bisnis, Rabu (11/11/2020).
Secara terperinci, pendapatan Jababeka dari segmen bisnis pengembangan lahan dan properti naik 127 persen menjadi Rp997,5 miliar pada periode sembilan bulan pertama tahun ini.
Realisasi tersebut, kata Muljadi, sebagian besar berasal dari penjualan lahan Kawasan Industri Kendal yang naik signifikan menjadi Rp630,4 miliar dibandingkan Rp7,1 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan dari segmen hiburan dan perhotelan milik Jababeka juga mengalami peningkatan 2,72 persen menjadi Rp64,2 miliar dari sebelumnya Rp62,5 miliar.
Baca Juga
“Sisi positifnya, pendapatan vila dan pariwisata justru mengalami pertumbuhan sebesar 72 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan tumbuh 36 persen dari Rp6,9 miliar pada kuartal kedua menjadi Rp9,4 miliar pada kuartal ketiga 2020,” jelas Muljadi.
Di sisi lain, pendapatan segmen infrastruktur KIJA mengalami perlambatan sebesar 16 persen menjadi Rp767,3 miliar. Hal ini utamanya disebabkan oleh depresiasi pendapatan Dry Port dan Bekasi Power yang masing-masing turun 31 persen dan 18 persen.
Pada periode tahun berjalan hingga kuartal III/2020, Muljadi menunjukkan telah terjadi penurunan volume kontainer yang ditangani Dry Port akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan perlambatan kegiatan ekonomi terutama ekspor-impor.
Selain itu, pelemahan di atas juga disebabkan pemberlakuan status reserve shutdown oleh PT PLN (Persero) yang lebih lama terhadap Bekasi Power pada tiga kuartal tahun ini.
Adapun, pendapatan berulang dari pilar infrastruktur KIJA memberikan kontribusi sebesar 42 persen terhadap total pendapatan. Posisi itu turun dibandingkan 64 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, pendapatan dari jasa dan pemeliharaan meningkat 6 persen (year on year) secara gabungan dibandingkan tahun lalu.
“Penurunan kontribusi ini diakibatkan peningkatan signifikan kontribusi pendapatan dari pilar pengembangan lahan dan properti,” tutur Muljadi.
Walaupun pengembang Kawasan Industri Kendal ini mampu menorehkan kinerja top line yang ciamik, hal itu tak diikuti oleh laba.
Pada saat laba kotor perseroan naik 29 persen menjadi Rp753,3 miliar dan marjin laa kotor tercatat 41 persen, KIJA merugi hingga Rp266 miliar pada akhir kuartal III/2020 atau berbalik dari posisi laba Rp66,06 miliar pada kuartal III/2019.
“Alasan utama penurunan ini adalah dampak pergerakan selisih kurs, di mana pada kuartal ketiga 2020 perseroan membukukan rugi selisih kurs sebesar Rp255,4 miliar dibandingkan dengan laba selisih kurs sebesar Rp102,4 miliar pada periode yang sama 2019,” jelas Muljadi.
Adapun, pendapatan sebelum terkena bunga, pajak, depresiasi, serta amortisasi (EBITDA) milik KIJA per kuartal III/2020 tercatat sebesar Rp609 miliar atau membaik dari sebelumnya Rp450 miliar.
EBITDA dari pendapatan berulang yang berasal dari segmen infrastruktur juga meningkat tipis 1 persen menjadi Rp289 miliar selama sembilan bulan pertama tahun ini.